Pages

Saturday, January 24, 2009

lampu ajaib

seminggu terakhir lampu depan rumah 'bulet' kontrakanku mati. sebelumnya sih gak apa2, tetep nyala saat dia merasa sudah waktunya untuk menyala. tidak ada tanda2 yang mencurigakan sebelum dia mati. jadi, saat menemukan dia tidak beraksi seperti biasanya, aku sempat heran sejenak. tapi sedetik kemudian langsung kucuekin. 'ah, paling macet bentar. besok juga dah idup lagi' pikir ku nyantai.

besoknya, si lampu belum nyala.
kutungguin besoknya.,
besoknya dan besoknya (sampai td malam), si lampu tetap belum nyala.
wah, ini mah 'is dead' beneran.

akhirnya tadi pagi aku coba menengoknya.
ku longokkan kepala ke atas.
bentuk lampu tidak berubah. tetap lonjong ke bawah, tidak brubah menjadi bulat.
pantatnya seperti telur yang dibelah dua. lampu dan pantatnya sebenernya berwarna putih.
tapi karena sudah diselimuti oleh debu jadinya mereka warna coklat juga deh.
disampingnya ada lampu neon yang selalu mengingatkanku pada rumah papi di makassar.

"apa karena gak pernah aku bersihin yak makanya mati?" tanyaku dalam hati
"enggak ah, paling karena bola lampunya putus" aku coba ngeles

kuperhatikan sekali lagi lampu itu.
lampu ajaib yang saat malam menjelang, atau ketika hari tiba2 menjadi gelap karena mendung misalnya, langsung menyala.
yup. dia memang lampu ajaib yg bisa menyala sendiri tanpa perlu aku memencet saklar lampu.
dia memang lampu ajaib yang memiliki otorita dan kepekaan untuk menentukan waktu yg tepat baginya untuk menyala.

saat ibu masih disini, beliau tidak henti2nya mengagumi lampu tersebut. maklum, lampu di rumah kan (makassar) masih manual banget. kalau mo dinyalain ya mencet dulu tuh saklar.
tapi yang membuat beliau lebih takjub adalah pembuat lampu ajaib ini. berulang-ulang dia mengucapkan, "memang canggih ya mas narto itu. bisa bikin lampu ajaib!"

Friday, January 23, 2009

diantara hasrat dan bimbingan; ada janji dan kecewa

saya sebenarnya sangat menyukai aktivitas saya.
siapa sih yang tidak akan mensyukuri jika memiliki aktivitas harian yang sesuai dengan hasrat dan minat? ya, saya beruntung dalam hal ini, dan karenanya saya bersyukur.

tapi dalam beberapa bulan terakhir saya temukan beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman.
mungkin bukan sesuatu hal yang prinsip (bagi beberapa orang), tapi saya kecewa.

pada posisi tertentu, bukannya memberi arahan atau membantu mencari solusi, saya malah sedikit diancam. mentang2 saya anak baru...

saya trauma terhadap janji. janji apapun itu. tapi seringnya saya masih terkecoh dan mempercayai suatu janji begitu saja.

suatu hari di akhir tahun, seseorang memberikan janjinya..,
"saya akan support kamu... ini dan itu... "

tidak lama berselang, janji orang tersebut saya tagih.
mengharap kalimat yang sama seperti diucapkan pada saya tempo hari, saya sedikit santai.

ternyata saya terkecoh lagi!
alih-alih membantu, saya malah disuruh mencari sendiri tutup lubangnya.
meski bertanya-tanya dalam hati, saya kerjakan saja.
syukur tak terkira, ada yang bersedia memberikan sedikit bintangnya.
sebenarnya saya kecewa karena terpedaya sekali lagi oleh janji. tapi saya juga bersyukur, ada satu lagi pelajaran berharga yang saya dapatkan. pelajaran kecil, tapi saya yakin sangat berarti.

lembar-lembar penentu keberadaan saya disini, saya biarkan tetap dalam laci. ntah sudah berapa lama mereka teronggok di sana. berdiam dalam gelapnya laci ukuran 50cmx50cm, bersama peta-peta cuplikan bumi.
biar saja.
karena lembar2 tersebut, saya jadi susah tidur.
bukan karena isinya., tapi pada sikap orang yang memiliki otoritas atas mereka.
yang menunjukkan ketakutan.,
yang menurut saya lucu dan tidak seharusnya.
terlebih jika ditunjukkan secara frontal.

saya sebenarnya mengharapkan bimbingan.,
tapi jika harus situasi yang mengambil alih tugas itu,
baiklah.
akan saya tunggu perkembangannya.

Tuesday, January 13, 2009

my brother, the one and only [part TWO]

ada satu kejadian yang cukup heboh. ini terjadi saat adekku smp. zaman dia smp itulah masa-masa dia mukanya jadi jelek (kata omku) dan buandel del del.....

pagi itu, ntah kenapa susah payah ibu membangunkan si bontot. "adid... did.. bangun. adid diiiid.." begitu teriak ibu berulang-ulang. aku dan kakakku yg sudah lebih dulu dibangunkan sampai sakit telinga mendengar teriakan ibu yg tiada henti. heran juga kok ibu kuat banget teriak gak ada istirahatnya.

kamar tidur pendi di lantai atas. jadi, sgala macam alat utk membangunkan dia termasuk peluit pramukaku tidak mempan. karena ibu jg tdk mungkin bolak2 naik ke atas, jadi teriakan lah yg dianggap ampuh, disamping itu kegiatan ibu menyiapkan sarapan bisa tetap berjalan.

rupanya, bukan hanya aku dan kakakku saja yg terganggu karena ritual pagi ini. ayah, yang sehari-harinya pendiam dan cuek, tiba-tiba naik ke atas ke kamar pendi..
"xxx???/////ahnfcmdfbhnse... keluar saja sana kalau tidak mau di atur!!!" itulah kalimat terakhir ayah (yg tertangkap olehku) setelah selesai menyeret pendi dari kamarnya sampai ke teras rumah.

aku, kak tetty dan ibu hanya bisa terpana melihat kejadian itu.

tidak ada yang bersuara.
aku melihat ekspresi adikku yang kaget (pasti stengah mati) bercampur horor bercampur sebel (stengah mati juga). si pendi tidak berkata apa2. masih dengan celana pendek, dia berlari kembali ke kamarnya. sedetik kemudian dia sudah keluar dr kamar dan menuruni tangga dengan stengah berlari. rupanya dia menggambil baju kaosnya (klo tidur adikku memang slalu telanjang dada).
pendi tidak berpaling sedikit pun. tidak ke arah ibu ataupun aku dan kakakku.
aku hanya bisa melihat ada yang mengalir di pipinya, air mata. pintu pagar dibuka dan dia berjalan pergi.

sedangkan ayah, setelah menyeret pendi, kembali masuk ke kamar. keluar lagi setelah berpakaian lengkap. lalu dia menghidupkan mesin motor. sebelum sempat berteriak, aku sudah berada di dekatnya. kami pun berangkat ke sekolah. tanpa sempat menyentuh sarapan yang telah disiapkan ibu.

selama di jalan, kami hanya terdiam. tidak ada percakapan., sehari-harinya juga tidak ada percakapan sih, tapi setelah kejadian tadi, diam-diaman ini terasa sangat berbeda.

bukan sekali ini ayah marah. tapi ini jelas yang paling horor. ayahku ini memang pendiam. komentar singkat pun jarang. kalau ingin sesuatu spesial, misalnya ingin berkemah atau naik gunung, aku akan bilang ke ibu. lalu ibu yang akan menegosiasikannya dengan ayah. semua keputusan tergantung dari kuat tidaknya lobby ibu.

aku jalani hari di sekolah seperti hari-hari sebelumnya. teman-teman atau guru di sekolah tidak ada yg tahu kejadian ini. mungkin hanya beberapa tetangga rumah yang sempat mendengar.

saat pulang ke rumah, pendi ternyata belum pulang.
"ibu sudah cari tadi, tapi tidak ketemu" keluh ibu. kulihat raut mukanya didominasi oleh rasa gelisah.
aku juga tidak tahu musti berbuat apa. saat ayah pulang, ibu mengeluhkan hal yang sama. mungkin mengharapkan dukungan, tapi jawaban ayah menandakan perasaannya tetap seperti pagi tadi, "kenapa musti dicari?! biar saja anak itu. biar tahu diri!"

malam ini, kami tidur tanpa mengetahui si bontot ada dimana.
mungkin ibu tidak bisa tidur. mungkin ayah juga tidak tidur.

keesokan hari. untuk pertama kali dalam sejarah, ritual pagi berisi teriakan ibu membangunkan anak2nya tidak terdengar. kakakku yang lebih dulu bangun langsung mencubit tanganku, 'heh mila, bangun!" katanya dengan pelan tapi bernada galak.

tanpa banyak ba bi bu, semua dilakukan layaknya hari-hari biasa. yang berbeda adalah suasananya yang lebih hening, tapi juga mencekam.

meski begitu, kulihat ibu tetap berusaha bersikap biasa, seperti tidak terjadi apa2. ibu masih tetap menyiapkan sarapan, menyiapkan baju untuk ayah, dan memanggilku dengan 'nunut'

saat pamitan berangkat sekolah, ibu berkata padaku, "nut, nanti langsung pulang ya. jangan singgah kemana-mana". aku menggangguk padanya dan segera berangkat tanpa menoleh lagi.

sesuai pesan ibu, begitu bel sekolah berbunyi, aku langsung pulang. ibu segera menyuruhku makan. kami berdua lalu ke tempat arfan, teman pendi.
"tadi pagi ketemu, tante. sudah saya bujuk supaya mau pulang, tapi dia tidak mau. katanya sudah diusir keluar dari rumah sama ayah.
"ya sudah, makasih ya nak" ucap ibu dengan lirih.
aku hanya bisa tetap menggandeng tangan ibu. tidak tahu musti berkata apa kepada ibu.
"tapi nanti kalau ketemu, saya bujuk lagi, tante" sambung arfan lagi.
aku menolah sekilas ke arfan. dia tersenyum, tipis. setipis harapan si bontot mau di ajak pulang.

......
cerita sebelumnya
my brother, the one and only [part ONE]

Monday, January 12, 2009

Berburu Keluarga [bagian: menggapai Medan]

ehehe.. maksudnya, kemarin tuh waktu banyak hari kejepit diantara libur natal, tahun baru islam dan tahun baru masehi., aku pergi ke medan dan tanpa aku sadari sempat juga sampai ke aceh. ini semua dalam rangka melanjutkan perjalanan menyusuri jaring-jaring keluarga ibu, yang telah aku mulai sejak lebaran idul fitri bulan oktober lalu.

karena berpikir bakal pergi bareng teman kantor dan pakai mobil pribadi, aku nyantai-nyantai saja meski libur natal kurang dari seminggu lagi. kalau musti naik bus, pesan tiketnya harus jaaauuuuhh hari sebelum berangkat., begitu kata bang sam joged yang namanya pakai kata 'joged' sampai sekarang masih merupakan suatu misteri bagiku.

rencananya aku dan mb riza akan berangkat tanggal 29 des. aku sih maunya berangkat tanggal 26 atau 27, tapi dia masih ada kerjaan di bandung sampai tanggal 25. sementara setelah tanggal itu dia sudah punya janji dengan ibunya. ok, ga masalah bagiku. aku bisa menunggu sambil mencari peta-peta kota medan di internet.

ternyata... temanku itu tidak bisa ikut berangkat. "tanah di rumah sudah musti diukur dan dibagikan.., jadi aku musti pulang. sori ya, mil.." terangnya dengan muka sedih. "gak papa, nyantai lagi. berarti aku berangkat naek bus ajah" jawabku sambil tersenyum. padahal dalam hati aku menangis, "duu.. bakal jadi kurang asoy nih liburannya"

sebenarnya aku paling malas kalau perjalanan jauh dan musti naik bus. kapok. karena pengalaman naik bus rosalia indah dari lampung ke jogja yang begitu horor di akhir bulan oktober, aku sampai bersumpah berkali-kali dalam hati, "kapokk.... gak bakalan aku mau naik bus lagi"

sudah terlintas niat untuk membatalkan perjalanan ke medan. tapi rasanya aku tidak sanggup mengabarkan ini ke wowo, enggak enak hati. wowo sudah lama minta aku main ke medan. gak enak kan kalau sekarang aku batalin padahal sebelumnya aku dah menyanggupi utk kesana hanya karena teringat horor naik bus tempo lalu?
ya sudah. aku putuskan aja untuk tetap berangkat. lagipula, aku belum pernah ke medan, pastinya bakalan seru.
aku lalu berpikir sejenak. coba menimbang apakah akan tetap naik bus atau mau cari alternatif kendaraan selain bus..
saat sedang menimbang-nimbang itu, aku lalu teringat sebuah tulisan yang beberapa tempo lalu aku baca. tulisan andy noya. dia tuliskan ketakutan yang dia rasakan saat gado2 kesukaannya telah terasa beda di lidahnya. terasa tidak seenak saat dulu dia menyantapnya saat masih jaman kuliah. "jangan2, karena kehidupan ekonomi saya membaik dan saya bisa memakan berbagai macam makanan dan mahal., lidah saya jadi 'manja', tidak mau masakan biasa" begitu kira-kira yang dituliskan andy noya (mahap om, saya gak hapal betul setiap kata dalam tulisan om).
ya, aku juga tidak mau menjadi manja. andy noya aja yg udah sukses tetap merasa takut kalau dia berubah manja.
lha, aku? gak ada apa2nya tapi ko manja? ke laut aja kali ye..

jadilah aku memutuskan utk tetap naik bus. seperti halnya puasa untuk merasakan lapar hausnya orang-orang yang hanya bisa makan sekali sehari., perjalanan dengan bus ini kuniatkan untuk merasakan pengalaman orang-orang yg krn alasan ekonomi harus naik bus. alasan lain, untuk mengurangi rasa hororku naik bus.
prinsipku yg baru., semakin horor, semakin harus dilawan. hehe.. kali ini sok berani lagi de.

aku brangkat hari sabtu malam, naik bus lorena. kursi nomor 5B. "semua bus kami sudah punya toilet" kata mb penjual tiket tersenyum bangga. dia gak tahu.,
bagiku bus bertoilet itu salah satu hal yg bikin horor. bau pessingnya itu lho... uuuuhh gak tahan.

untungnya bus ini tidak melubangi tutup acnya. jd ketika ditutup, tidak ada lagi udara yg dingin keluar. sedetik kemudian udara menjadi lebih hangat. aku tersenyum dan jatuh tertidur.

skitar jam 6 pagi esok harinya, aku terbangun. tengok sana-tengok sini dengan bersemangat, walau mata masih setengah terbuka. kupicingkan mata untuk melihat sudah sampai dimana bus ini berjalan., ...kabupaten rohil provinsi riau.., yaachh masih di riau juga. jauh jg nih medan. karena sedikit kecewa, aku kembali tidur.

2 jam kemudian aku bangun lagi. berharap busnya akan berhenti untuk memberi kesempatan pada penumpangnya yg kelaparan seperti aku untuk sarapan di jam2 ini, aku terjaga dan menunggu sekitar satu jam.

huaakh.. aku menguap kebosanan dan kelaparan. gila,. busnya kejar setoran nih. pengen cepet2 nyampe medan biar bisa mbawa penumpang lagi dr medan ke pku mungkin, sampe gak sempat berhenti utk skedar sarapan.

mana aku kebelet pengen pipis., aku menengok sekilas ke belakang.. terlihat sebuah pintu kecil. itu pasti toiletnya. tapi ogah klo musti kesana. mending aku tahan deh. meski teringat sebuah artikel yg mengatakan perempuan lebih besar resiko terkena penyakit ketika menahan pipis dibanding laki-laki membuat aku khawatir juga, tapi aku tidak ingin menyerah. sabar ya pis, jangan keluar dulu.

aku tidur lagi. tidak berapa lama kemudian tidurku terusik oleh bau yg datang dr belakang.
uuhh.,bau pessing! ampun de. cepat2 aku merogoh ke tasku. ku keluarkan baby cologne dan kupercikkan ke hidungku.
bau yg kucium langsung berubah. hmm.., bisa tidur lagi asiik.

memasuki daerah sei rempah aku terjaga lagi. barisan ruko yang menjual baju, mainan sampai elektronik berjajar di kedua sisi jalan. jalanan juga dipenuhi spanduk warna warni bertuliskan ucapan selamat natal yang datang dari pemerintah daerah, ketua agama sampai ke Bakal caLon anggota dprd.

hpku berbunyi, sms masuk, dari wowo.
"assalam. mila dah sampai mana?"
"dah masuk sei rempah, wo. dah dekat atau masih jauh ya?"
"oh, sei rempah dah dekat. skitar sejam lagi la. nanti klo dah masuk medan, langsung telpon ya".
"ok"

ternyata aku kebablasan! aku baru bangun setelah dibangunin (setengah diteriakin) sm kernek bus.
"mba... eh mba, dah nyampe medan!"
tergagap, aku segera meraih tasku di bawah kursi.
"turunnya disini kan mba?" tanya si kernek.
aku hanya menggangguk, tanda jawaban iya.
"iih.. mba nya bisu ya..?"
buset, seruku dalam hati, orang diam bentar aja dah diledekin bisu.
tapi ini lantas membuatku berpikir; ini karena aku mlas jawabnya trus dianggap sombong..
atau si kernek nya ajah yang nyebelin?

Sunday, January 11, 2009

sepatu but dan rumah balai2







ini adalah sepatu but yang sangat digilai oleh mb riza.
sampai2 dia minta aku ke US (lagi) hanya untuk nyariin dia sepatu but yang sama dengan ini.
ukuran sepatu ini 5. ukuran mba Riza 7. meski terpaut 2 ukuran, dia tetap bisa bertahan memakai sepatu ini pada beberapa kesempatan..


sedangkan 3 gambar paling atas adalah rumah balai2. terletak di lantai 4 dan sangat maknyus untuk mendapat hembusan angin. rumah balai2 ini satu2nya di komplek grand sudirman. rasanya tinggal ditambahin banyak tanaman maka jadilah dia seperti taman bergantung babilonia...
tempat ini paling cocok bagi siapapun yang ingin 'melarikan diri' dari kebosanan di bawah.

Friday, January 9, 2009

sandal jepit dan sepatu but

1. tadi pagi waktu onlen, saya buka akun fesybuk. di halaman 'rumah' nya sudah ada pemberitahuan dr operator: 2 teman kamu menjadi fans SANDAL JEPIT.
busyeet.. sandal jepit aja dah masuk fesybuk??.., keren juga ya nih sandal..

2. mb riza kemarin malam nganterin aku pulang. hujan lumayan deress..
hampir nyampe rumah aku bilang, "di depan gang aja mb"
"iih.. kan hujan. udah ah aku antar sampe depan rumah" jawab mb riza dengan suara tegas
"ooh.. ya udah. makasih ya...." jawabku sambil pasang senyum manis
begitu mobil ijo dah mulai belok, mba riza bersuara,
"aku kan mo ngambil spatu but bwat difoto besok., ngapain aku hujan2 dg nunggu di gang?"
aku terpana, "hah? mo ngambil spatu ya...., kiraiiinn... duuh..."
"hahaha... makanya jangan ke-GR-an.." jawab mb riza lagi

siang tadi, abis maem di parit (minggu ini kami janjian tdk bawa bontot karena mesin air di rumah cempedak macet jd gak bisa masak), mb riza moto2in sepatu but.
mulai dari meja bang anto, meja dia sendiri.., sampai naik ke lantai 4.
saking seriusnya, mb riza gak sadar ninggalin aku tanpa sepatu.
jadilah aku lari nyeker nyusul di ke atas.
setelah puas moto2 si but..,
dia poto2 rumah balai2..
"oh ya.., bwat mas narto! kan dia udah cabut sbelum ini jadi" sambutku sambil tetap nyeker.
setelah itu objek poto berubah,
aku.,
langsung deh senyam senyum.
pura2 mengeluh silau,
pura2 malu,
tapi tetep pasang aksi.
abis tu gantian. aku motoin mb riza.
belum puas juga..,
kami moto id card kami yang baru nyampe 3 hari lalu.
jepret sana., jepret sini.., sambil sesekali mengeluh, "iiih... loadingnya lama nih kamera!"
belum puas juga ternyata. kami poto berdua..
bergantian lampu blitz jeplas jeples..
"mba, ntar tiba2 ada bang handri naik ke sini.., ketahuan de kita.." kataku cekikikan.
"iya ya.., hehe.." kata mb riza yg juga ikutan cekikikan.
sedetik kemudian,
"eh.. gaya begini bagus" (ternyata kami masih asik poto2an juga).
lima detik kemudian,
"waa... bang cobar...!!!.." teriak kami berbarengan melihat bang cobar sudah berdiri di ujung tangga. ntah sudah berapa lama dia melihat kami berpoto2 (hanya Tuhan yang tahu).
beneran ketahuan de....

Wednesday, January 7, 2009

ingin berbahasa indonesia saja

saya memperhatikan perubahan dalam diri saya dan mencoba menghitung seberapa sering saya menggunakan bahasa asing dalam bahasa sehari-hari saya, bahasa indonesia, sehingga menjadi bahasa gado-gado.

semakin banyak. ya, itulah kenyataannya.
mulai dari yang sederhana seperti:
sorry,
thanks/thank you,
btw,
in case,
congrats,
cheers,
best,

sampai-sampai hampir semua judul tulisan blog saya berbahasa inggris, padahal isi tulisannya ditulis dalam bahasa indonesia. kenapa saya merasa nyaman menuliskan sesuatu dengan bahasa indonesia tapi tidak merasa nyaman untuk menuliskan judulnya dalam bahasa yang sama?

ada apa sih dengan saya ini?
apa saya ini sudah tidak cinta dengan bahasa saya sendiri?
apa saya ini hanya ingin terlihat keren dengan menggunakan bahasa inggris?
apa saya tidak pede menggunakan bahasa indonesia karena tidak ingin dinilai udik atau kampungan?
apa saya ini ketakutan setengah mati kemampuan bahasa inggris saya berkurang karena jarang dilatih?
entahlah, mungkin gabungan dari semua di atas.

tepatnya kemarin ada rasa bersalah yang menghinggap dalam dada saya. ntah darimana datangnya, tiba-tiba saya merasa begitu sok, begitu sombong sampai tidak menghargai bahasa saya sendiri.

tanpa saya sadari, banyak kata dari bahasa asing yang saya gunakan dalam komunikasi verbal dan tulis sehari-hari.

saya menjadi takut.., jangan-jangan nantinya saya sendiri tidak tahu lagi apa bahasa indonesia untuk btw, download, error, privacy...

saya tidak menampik kenyataan bahwa pada beberapa kesempatan, menggunakan bhs inggris lebih praktis ketimbang bhs indonesia. saat ber-sms dengan seorang teman, mengetik kata 'ngomong2' (meskipun sudah disingkat dengan penggunaan angka '2' ) tetap tidak praktis. lebih cepat dan murah dengan tiga huruf btw yang diambil dr kata by the way.

tapi benarkah susah menemukan kata-kata dalam bahasa indonesia yang bisa menjadi praktis ketika diperlukan, sehingga saya cenderung menggunakan bhs inggris?
ataukah sayanya saja yang malas mengeksplorasi bahasa saya sendiri?

ataukah karena sudah terlanjur terlalu banyak kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa indonesia sehingga saya merasa nyaman-nyaman saja menggunakan kata 'didownload' ketimbang 'diunduh'?

atau saya hanya satu diantara orang-orang yang terlalu malas untuk mencari arti dari sebuah kata., memakai kata 'didownload' misalnya dengan anggapan toh semua orang tahu... benarkah??

saya teringat komentar seorang adek angkatan setelah menonton ujian akhir (pendadaran) saya mei tahun lalu, "mba mila ini lebih lancar klo ngomong bahasa inggris. pake bahasa indonesia malah tersendat-sendat".

saya tidak berkomentar apa-apa mendengar itu. saat itu saya lebih sibuk mensyukuri satu tahap perkuliahan yang paling saya takuti telah berakhir.

kini saya sadar, bahwa komentar itu menampar saya! saya seharusnya bisa lancar berbahasa inggris dan jauh lebih fasih lagi dalam bahasa indonesia.

ini membuat saya bertekad, mulai saat ini saya akan menggunakan bahasa indonesia lebih sering dan lebih baik. menggunakan bahasa inggris hanya ketika waktu tertentu dan saat mengasah kemampuan bahasa asing tersebut.

saya hanya tidak mau, di masa datang, gempuran bahasa asing akan sama dahsyatnya dengan gempuran israel ke palestina sehingga hanya tersisa hanya secuil dari yang pernah ada.

sampai saat ini saya mencoba menggali lebih dalam makna pembatasan penggunaan bahasa asing yang diterapkan oleh pemerintah perancis..,
apakah karena menyangkut harga diri bangsa?
ataukah sebuah usaha untuk melindungi bahasa nasionalnya sehingga tidak punah (meskipun orang-orang lain yang tergila-gila dengan bahasa ini karena dianggap seksi)?
ataukah sebagai bagian dari pendidikan untuk segenap warganya agar tidak teracuni dan tetap menjunjung tinggi bahasa nasional mereka?
entahlah. jawaban pastinya belum saya temukan.

saya tidak mau, di masa datang, akan melihat sebuah proposal berjudul "saving the native language: bahasa indonesia".

dan saya tidak ingin menjadi saksi bagi anak-anak di daerah-daerah yang bahasa pertamanya adalah bahasa daerah/suku bukan bhs indonesia,
yang ketika mereka belum lagi genap berusia sekolah, tidak akan sempat merasakan belajar bahasa indonesia di sekolah.,
karena bahasa nasional tersebut telah dengan sukses digeser oleh bahasa asing yang dianggap lebih keren...

bakat seni apa yang saya punya?

tiba-tiba pertanyaan ini melintas masuk ke dalam kepala saya. yang saya tahu otak manusia terbagi dua bagian: bagian kiri dan bagian kanan. bagian kiri yang berhubungan dengan semua berbau akademis atau bahasa kerennya kognitif, sedangkan bagian kanan yang berhubungan hal-hal diluar itu termasuk seni. nah, saya yakin otak saya lengkap., alias bagian kiri punya, bagian kanan pun punya. cuma, kalo saya memang memiliki kedua bagian tersebut secara utuh, lantas bentuk atau jenis seni yang bisa saya banggakan kok rasanya tidak ada ya?

mulai dari yang paling sederhana:
pertama: menyanyi
suara standar untuk jadi penyanyi (seperti anggun cipta sasmi). dari bayi, nyanyian telah diperkenalkan kepada kita. saat sang ibu menyanyikan lagu ninabobok. ketika TK dan SD kelas 1-2, kita menyanyi seolah-olah punya slogan tiada hari tanpa menyanyi. bahkan semua lagu daerah bisa dinyanyikan dengan baik. tapi sekarang, saat umurku sudah masuk kategori harus punya ktp dan npwp, suaraku kalau mau memuji adalah pas-pasan, kalo musti jujur, ya di bawah standar banget. meski begitu saya tetap masuk golongan orang2 yang paling semangat saat diajak karokean (kepedean banget yah).

kedua: menggambar.
yah, yang ini sih lewat. seingkat saya jaman TK-SD-SMP, gambar saya mentok di pemandangan alam (gunung-jalan-sawah-matahari-awan-rumah) yang sangat standar dan gambar ayam kurus dengan masing-masing kaki berjari tiga.

jaman SMA, saya dengan jujur mengaku bahwa pada pelajaran seni rupa dan punya pr menggambar objek keranjang+buahnya dalam 3 dimensi, saya minta ibu saya yang menggambar. saat diserahin keesokan harinya ke ibu guru untuk di cek, sang ibu guru melihat saya dan lalu gambar saya sambil tetap memicingkan mata.nya dengan datar sang ibu guru berkomentar, "warna anggurnya terlalu gelap. lain kali pake warna merah".

waktu itu aku diam saja. diam karena yang penting pr saya selesai. kedua karena tidak ketahuan kalau itu gambaran ibu saya. ketiga karena waktu itu saya tidak tahu kalau warna anggur ada yang hijau, merah dan ungu pekat (seperti yang digambar ibu saya). maklum, wong cilik, gaji bapak saya cuma cukup untuk beli pisang susu. dan buah anggur yang dijual di pasar tradisional sebagian besar berwarna ungu pekat.

saat masuk kuliah, gambar menggambar kembali menemui saya., khususnya dalam mata kuliah silvika dan dendrologi. di setiap praktikum kami harus menggambar beragam daun, biji dan buah dari jenis-jenis tanaman kayu. awalnya saya menyemangati diri saya dengan keras, "kamu bisa, mil! masak menggambar daun yang bentuknya gitu-gitu aja gak bisa". tapi ternyata lecutan semangat ini tidak ampuh sama sekali. gambaran demi gambaran membuat saya makin menderita. rasanya berat sekali menggerakkan pensil dan menkopi contoh daun yang tergolek tanpa daya di depan hidung saya.

pada minggu ketiga praktikum, dwi teman saya dari ngawi, mengomentari gambar saya, "mila gambar kamu kok aneh begitu??" saya melihat gambar saya sekilas lalu merasa lemas., ya gimana lagi wi? emang gambaran saya cuma bisa seperti ini". mungkin waktu itu muka saya terlihat sangat memelas, sehingga sejurus kemudian tanpa saya duga sama sekali si dwi dengan gemesnya mangambil buku praktikum saya dan berkata dengan logat jawanya yang kental, "iih...shini tak ghambbharin ajah..".
tanpa berkata apa-apa saya hanya bisa melihat tangan dwi bergerak cepat dengan pensil dan penghapus di atas buku praktikumku.

saya memang kadang bersedih karena kenyataan diriku yang tidak bisa menggambar, padahal ibu-kakak-adikku bisa menghasilkan gambar yang bagus.
tapi sedetik yang lalu, saya tahu saya tidak usah bersedih lagi.
seorang dewi penyelamat telah diturunkan untukku. ooh.., betapa ini suatu berkah sekaligus kurasakan sebagai bentuk keadilan Tuhan YME kepadaku.

semenjak itu setiap kali praktikum, saya hanya menunggu dwi menyelesaikan gambarnya, lalu dengan memasang senyum saya yang paling manis saya menyerahkan buku saya ke dwi untuk digambari. ini membuat saya tersenyum lebar seperti ini :D:D:D

ketiga: bermain alat musik
yang ini apalagi. gitar aja gak bisa. cuma bisa aksi pura-pura aja: pegang gitar pakai tangan kiri biar disangka kidal dan terlihat keren.

perbandingannya: adekku si bontot laki satu-satunya adalah pemain bass yang cukup ok. saat sma kelompok bandnya menggondol juara dua kompetisi band sekolah se kota makassar. band mereka langsung dikontrak oleh TELKOM untuk manggung disetiap acara TELKOM.
kalau diteruskan, mungkin band adek saya bisa sejajar dengan D"massive. tapi adek saya memutuskan berhenti ngeband usai kompetisi tersebut. dan sejak november tahun lalu dia pindah ke jayapura karena dipinang BRI.

keempat: kaligrafi.
boro-boro. malah tulisan saya sering dikira tulisan anak kelas 4 SD padahal itu baru tulisan biasa. saat masih di TPA (taman pendidikan alquran), kakakku dengan seenaknya mengerjakan kembali pr kaligrafi saya yang baru setengah selesai. waktu saya tanya kenapa dia lakukan itu dan tanpa pamrih, dengan ekspresi sebel dia berkata, "karena tulisanmu jelek, bikin malu aja. ini kaligrafi, jadi harus beda dengan menulis arab biasa!".

bukannya sedih karena disepelehin dengan semena-mena, saya malah tersenyum senang, "hehe... asiik gak perlu susah-susah ngerjain pr., yes yes yesss!" seruku dalam hati lalu menggeloyor pergi.

kelima: menulis.
untuk yang satu ini, kalau memang saya punya bakat, pasti karya saya sudah dicetak dan beredar seperti ciklit dan teenlit yang menjamur di semua toko buku.

sampai sekarang setiap kali menulis, saya kadang teringat beberapa lembar tulisan curahan hati saya waktu SD kelas 5 ditemukan oleh kakak saya dan ditertawai habis-habisan olehnya. salah saya juga sih, masak diary begituan ditulis di buku yang sudah tidak utuh dan dilempar begitu saja ke atas kasur., terang aja langsung dimangsa oleh kakakku yang juga adalah teman sekasurku.

tapi yang membuat saya sakit hati bukan karena ketidaksopanan kakakku melanggar privacy adiknya sendiri, melainkan tawa kakakku yang sepertinya puas banget. bussseet.... emang tulisanku hancur banget gak karu-karuan ya? perasaan saya cuma tulis disitu kalau saya sebel karena di hari pertama masuk sekolah baru, kepala sekolah menuduh saya belum mandi sambil telunjuknya mengarah ke muka saya dan berkata, "itu., beleknya masih nempel di mata kiri kamu.."...

keenam
....

rasanya saya tidak perlu melanjutkan menyebut jenis seni yang lain., karena seni yang dasar dan banyak dibisai oleh orang lain saja, bakat saya tidak cukup menyebutnya dengan nol, tapi lebih tepat minus. sepertinya saya diberi jatah oleh Tuhan YME sebagai penikmat seni, bukan pelaku seni. dan saya dengan jujur mengakui bahwa saya cukup bahagia dengan jatah itu.


p.s. belek=kotoran mata. biasanya selalu ada saat bangun tidur