Pages

Saturday, March 17, 2018

di mana saya memompa asi?

Perkara memompa asi ini memang sebuah tantangan bagi ibu menyusui seperti saya. Tantangannya kira-kira setara lah dengan Sasuke Ninja Warrior!🙀😸 Yang kerjanya di kantor dan kantornya menyediakan ruangan khusus ibu menyusui, tentunya urusan memompa asi menjadi lebih mudah. Karena saya bekerja di kantor dan di lapangan, maka tempat-tempat saya memompa asi jadi beragam, mulai dari:

1. Gudang kantor: apapun level perusahannya; lokal, nasional, multi-nasional atau global, belum semua perusahaan menyediakan tempat khusus untuk ibu menyusui, termasuk kantor saya yang multinasional ini. Jadilah saya memompa asi di gudang kantor. 

2. Musholla: bukan tempat untuk memompa asi sejatinya, tapi karena kantor tidak menyediakan, beberapa kali saat lihat ibu-ibu posisi duduk kepala menunduk dengan telekung menutup muka menutup badan, memompa asi. Alhasil ketika saya punya bayi dan bosan dengan memompa di gudang, saya mencoba Musholla. Ternyata sangat tidak nyaman! posisi duduk dengan kepala menunduk selama beberapa menit saja bikin pegal, apalagi untuk sepanjang durasi memompa asi yang biasanya sampai 10-15 menit atau bahkan lebih, ga kebayang deh itu pegalnya gimana. Kadang saya merasa aneh juga, gedung kantor bisa sediakan musholla yang lumayan bagus dan lapang, tapi menyediakan ruang laktasi kenapa engga ya?

3. Ruang bekas kantor: waktu itu ada pembenahan dan perubahan susunan atau layout kantor. Selama masa pembenahan, ada ruang yang tadinya adalah ruang kerja menjadi ruang kosong. Setelah OB kantor bilang ruang itu bisa saya pakai, jadilah saya migrasi dari gudang kantor yang sempit ke ruang yang tak terpakai itu. Lebih lega dan dapat pemandangan langsung ke luar. Menjadi lebih asyik ketika dapat teman sesama pejuang ibu asi dari kantor lain di lantai atas. Kebetulan ketemu pas di Musholla saat dia sedang mompa jadi saya ajakin deh mompa bareng. 

4. Mobil: biasanya ini dalam perjalanan berangkat ke kantor atau kembali ke rumah. Ini pun dalam situasi sedang berada di Jakarta dan naik mobil sendiri. Tenang, disini maksudnya saya pakai Supri ya alias Suami supirin, bukan saya sambil nyetir trus mompa asi juga, wah meski terdengar heroik tapi jangan ya, bahaya. Nyetir sambil pegang hp aja ga boleh apalagi sambil mompa asi. Saat di lapangan, beberapa kali saya juga memompa asi di mobil yang kami rental, seringnya ketika waktu istirahat dan mobil bisa saya pakai seorang diri. Pernah juga saat di lapangan saat di Jalan, karena sudah waktunya mompa dan payudara saya sudah mulai keras, terpaksa mompa asi juga. Itu pas posisi duduk di baris belakang dan hanya berdua dengan bu Boss. Daripada bengkak iya kan, ya sudah mompa aja. Pas juga saat itu jalanan bumpy jadi suara pompa tersamarkan oleh suara mesin kendaraan. 

5. Toilet: sepertinya hampir semua toilet sudah pernah saya cobain atau lebih tepatnya saya pakai sebagai ruang untuk mompa asi. Di awal-awal saya mompa asi di kantor, saya sempat nyobain mompa di toilet. Ini melanggar aturan higenitas yang merupakan syarat untuk asi. terpaksa nyobain karena ruang gudang kantor itu penuh barang (ya iya dong namanya juga gudang dong) jadi sesak banget gitu lho. Ternyata mompa di toilet tidak kalah tidak nyamannya. Satu jelas karena status higenitas, kedua kalau pas di bilik sebelah lagi buang air besar dan baunya kecium seketika mempengaruhi mood, dan ketiga ga enak lama-lama di dalam bilik saat di luar orang-orang lagi ngantri. Udah mood berantakan terpaksa deh cepat-cepat nyudahin mompa, ga maksimal jadinya dapat asinya. Toilet hotel pernah nyobain pas musti ikut acara atau kegiatan apa gitu lupa deh dan hotelnya tidak menyediakan ruang laktasi. Kalau toilet di dekat ruang-ruang seminar/rapat itu suka ramai dipakai peserta yang ikut seminar jadi lebih pilih toilet yang satu lantai dengan reception hotel karena biasanya lebih sepi. Kalau toilet bandara ini pengalaman waktu di Kaltim tepatnya di bandara Balikpapan. Bandaranya padahal gede dan baru selesai renovasi tapi entah kenapa tidak langsung menyediakan ruang laktasi. Kalau ga salah sekali atau dua kali saya harus pakai toilet untuk mompa. Syukurnya kali berikutnya lewat bandara itu sudah tersedia ruang laktasi dan kegiatan mompa asi pun lebih nyaman. Ruang laktasi ini fasilitas wajib ada di bandara jadi kalau ada bandara yang ga menyediakan itu berarti tidak sesuai standar. 

6. Pos Satpam: cukup sekali aku memompaaaa di dalam Pos Satpam (dibaca pakai nada lagu bang Haji Rhoma 😁). Ini kejadian waktu kegiatan lapangan di site Kaltim bersama tamu (lupa deh tamu dari mana, WWF Kaltim kalau ga salah). Kami sudah selesai ngecek lapangan dan karena jarak dari Blok 2 ke kantor Blok 1 itu sekitar 2 jam sementara jadwal mompa asi sudah lewat sejam, saya minta berhenti sebentar di Pos Satpam untuk mompa. Mompa di mobil sudah kurang nyaman waktu itu, saya butuh ruang yang lebih lega. Jadi minta izin ruang tidurnya satpam yang berada di satu bangunan pos satpam saya pakai untuk mompa. Lumayan badan bisa nyender dan kedua kaki bisa selonjoran. Yang begini aja sudah bisa buat mompa asi lebih nyaman.  

7. Hutan: tempat ternikmat untuk mompa asi! udara segar, pemandangan pohon-pohon dan daun-daunnya yang hijau menyejukkan mata, angin semilir hutan yang sejuk, suara dari berbagai serangga  hutan utamanya Cicada yang bernada Zzzz Zzzz  Zzzzz ... serta sesekali suara burung yang menemani. Ah benar-benar tempat yang terbaik untuk mompa asi! baik di Hutan Mandelang di Jambi maupun hutan Blok 2 di Kaltim kedua-duanya sudah saya manfaatkan sebagai ruang laktasi. Jadi kalau ada yang tanya manfaat hutan yang tidak banyak orang ketahui, segera saya jawab, ruang laktasi termantap!😁

Sejatinya Ruang Laktasi itu adalah fasilitas standar atau fasilitas yang sewajarnya ada, bukan suatu kemewahan. Sudah diatur lho oleh Undang-undang dan Peraturan di negeri ini, tepatnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2013.  Mungkin ya kalau saja semua tempat kerja terutama kantor/ gedung kantor dan semua fasilitas umum seperti Bandara, Terminal, Museum, dll menyediakan Ruang Laktasi, kegiatan memompa asi atau menyusui anak tak lagi menantang seperti Ninja Warrior itu. Kebalikannya, justru menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan untuk para Ibu. Coba deh tanya mbah Gugel, syarat untuk asi banyak ya ibunya harus moodnya bagus alias Happy. Asi yang banyak tentu supply yang bagus untuk anak. Menyehatkan karena asi kalau sudah waktunya ya harus dikeluarkan; dipompa atau disusui langsung ke anak. Kalau tidak, payudara bisa bengkak dan menjadi infeksi dan itu sungguh sungguh sakitnya tiada tara. 

Mungkin ya untuk para perempuan pekerja atau semua pekerja deh laki-laki juga termasuk, saat interview pekerjaan atau saat cari-cari tempat untuk kerja berikutnya, tanyakan apakah mereka menyediakan Ruang Laktasi. Saya kira ini bisa jadi satu indikator pemberi kerja/ employer yang baik.