Pages

Monday, September 26, 2011

Lamaran dalam Adat Bugis

siapa, aku? heheh bukan, tapi adekku, pendi, si bungsu dan satu2nya anak laki diantara kami bertiga. begitu tiba di rumah, aku langsung ditodong mom untuk siap2 acara lamaran setelah lebaran nanti.  keluarga kami sebenarnya hanya 50% Bugis yaitu dari ayah yang berasal dari Bugis Bone, 50% nya lagi adalah dari ibu yang berdarah campuran empat keturunan sekaligus, macam nasi campur gitulah, hehe: Minang (Bukittinggi)-Persia/Iran dari papi dan Sunda (Kuningan)-Tiongkok dari mami. tapi untuk menghormati silva, calon istri pendi dan keluarganya yang 100% asli Bugis, maka mulai dari lamaran dan insyaallah akad nikah nanti dilakukan dalam adat bugis. 

saya ga punya gambaran lamaran nanti itu seperti apa, apalagi lamaran atau mappatudada dalam adat bugis. waktu kakak saya nikah dulu, saya hadir pas nikahannya saja sedang lamaran saya lewatkan karena saya berada di jogja. karena suami kakak dari surabaya dan keluarga kami campuran dari berbagai suku, kakakku memilih resepsi nikahnya dalam adat minangkabau. saya juga melewatkan keseluruhan proses lamaran dan pernikahan om yang menyunting perempuan bugis karena saya saat itu sedang mengikuti training di seattle, jadilah saya buta dengan hal-hal terkait lamaran ini. 

mom yg elegan
karena ini yang pertama kali buat saya, proses lamaran pendi ini sukses membuat saya tertegun.., betapa sesuatu banget! *kaget ala syahrini* hahah. untuk lamaran saja setidaknya ada hantaran 6 jenis kue tradisional yaitu kue sero-sero, bannang-bannang, waje/wajik, dodol, cucur te'ne, dan onde-onde. masing-masing dari kue ini memiliki arti atau harapan, misalnya dodol; karena kue ini lengket jadi ini melambangkan harapan agar pasangan senantiasa "lengket" a.k.a mesra. kue-kue ini tidak masalah karena sangat mudah mendapatkannya di pasar tradisional. tapi yang jadi masalah, lamaran pendi dilakukan tanggal 3 september, hanya 2 hari setelah lebaran idul fitri, dan pada saat itu  pasar-pasar masih sepiiiii... penjualnya masih pada liburan di kampung. oaalllaalalala. beberapa pasar di kota Makassar dan daerah sekitar seperti sungguminasa yang kami kunjungi betul2 kosong. jangankan yg menjual kue-kue, yang menjual sembako pun tidak ada. semua kios masih tutup. akhirnya kami pindah menyisir ke Somba Opu, daerah pusat souvenir Sulawesi Selatan. kami berhasil dapatkan 3 diantara 6 jenis kue yg disyaratkan. sedangkan sisanya kami peroleh malam harinya berkat hubungan baik tante kami dengan tetangganya yang bersedia membuatkan kue-kue tersebut.  ini yang namanya alhamdulillah yah *syukur ala syahrini* :-)

sebenarnya pendi tidak dibolehkan oleh para puang (orang tua) untuk menyetir ke Bulukumba, kediaman keluarga silva, karena menurut kepercayaan itu tidak bagus. tapi ya mau gimana lagi, kami kekurangan orang yang bisa bawa mobil dengan sah. om-om sih pada bisa nyetir tapi pada ga punya SIM A karena memang ga pernah diurus, hahah. perjalanan ke bulukumba yang kami tempuh kurang lebih 6 jam terasa jauh sangat bagiku. untungnya perjalanannya menyenangkan karena adekku ini selaluuu saja punya cerita yang membuat kami tertawa. asli kocak banget kalau dia sudah ada diantara kami. hmm, i guess thats why it so easy to love and miss him, orangnya ngageni karena dia juga humoris. 

kami berhenti untuk shalat ashar di daerah Jeneponto dan guess what? ada buah TALA!! huaaaa... rasanya seperti blast from the past! aku senang banget soalnya ini buah yang sering dibeliin papi waktu aku masih kecil dulu. buah tala berasal dari pohon lontar yang di zaman dahulu sangat diandalkan karena saat itu kertas belum tersedia sehingga setiap kejadian atau peristiwa dicatat di lembar-lembar daun pohon lontar. naskah La Galigo, karya sastra (epos) yang sangat berharga dari Sulawesi Selatan itu juga dicatat di lembaran daun lontar. kembali ke buah tala. buah tala yang paling bagus adalah yang masih lembut kulitnya menandakan daging buah juga lembut. jangan pilih yang kulitnya tebel atau keras ya karena dijamin tuh gigi pasti musti berjuang untuk menggigit daging buah yang sudah keras. kenapa aku suka buah tala? ya karena enak! hahah. yang jelas buah tala ini rasanya sedikit manis dan seger banget. bagi sebagian orang rasanya mungkin kurang menarik tidak seperti buah durian yang serba kenceng bau dan rasanya itu dan cenderung hambar. tapi bagiku sih buah tala selalu enak, hehe. 


acara lamaran di mulai tepat jam 9 pagi. bosara-bosara cantik sudah tersusun rapi di tengah ruangan. yang khas dari adat pernikahan Bugis ini adalah adanya pa'nai atau 'setoran' dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk acara akad nikah dan resepsi di kediaman perempuan. besaran pa'nai biasanya sudah disepakati oleh keluarga inti kedua pihak sebelum acara lamaran ini. jadi sudah melalui proses negosiasi lah. kalau dulu aku dengar cerita-cerita tentang pa'nai itu selalu serem, bahkan hanya karena besaran pa'nai dianggap kurang, lamaran laki-laki bisa langsung ditolak begitu saja, hadueeh. tapi sekarang kan zamannya sudah berbeda. sebisa mungkin adat di pertahankan sebagai bagian dari kekayaan budaya kita tapi tidak untuk menyulitkan. jadi, para laki-laki non bugis jangan langsung mundur ya kalau ingin memperistri perempuan bugis, hihihih.

di kesempatan ini juga diserahkan paseo yang berarti pengikat. paseo ini berupa cincin emas yg biasanya sih minimal berat 3 gr. nah, kalau maharnya berupa seperangkat perhiasan emas, untuk cincin aja total ada 3 cincin yang musti disiapin; cincin paseo, cincin nikah dan cincin mahar. dengan harga emas saat ini yang berada disekitar harga 550ribu per gram jadinya ehhmmmmm...... hitung sendiri ajalah., hahahah. yang jelas namanya nikah namanya punya hajatan biasanya musti nyiapin modal besar. tapi kata teman2ku ga usah khawatir. ntar modalnya bisa balik kok dari isi amplop undangan, ehmm aamiiinn. klo memang bisa seperti itu sih Alhamdulillah yaah...*syahrini mode on teteup* hihih. 
with silva, two beauties :-)

well, lamaran beres dan sekarang tinggal menyiapkan acara pernikahan pendi di pertengahan bulan November nanti. good luck ya, mom, ayah, tante dan om! maaf aku cuma bisa bantu dari jauh. semoga lancar semua dan diberi kemudahan oleh Allah Swt., aamiiiin ya rabbalalamiin. 



Memotret Burung di Baluran

beruntung sekali saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Baluran, sebuah Taman Nasional di Propinsi Jawa Timur yang terkenal dengan savana dan bantengnya. Saya kesini dalam rangka pengenalan dan pelatihan metoda okupansi untuk survei mamalia besar atas undangan tim PEH Balai TN Baluran. kebetulan, mas swiss, kakak tingkat di kampus sekaligus sahabat yang menjadi big brother dan mentor saya itu juga adalah anggota PEH TN Baluran. bertemu dengannya setelah sekian tahun pisah membuat saya menyadari betapa jarak, tempat dan waktu tidak mampu untuk merubah mas swiss. dia tetap saja item, kecil, mata belo, ngomongnya mencricis, medhok abis, barkaos item berteman asap mengepul dan suka cengengesan. hahah sori yo mas swiss, emang begitu kok kenyataannya, hahaha. hanya ada satu perubahan di mas swiss, dia jauh lebih baik, IN EVERY WAY, dibanding terakhir kali kami bertemu. di kalangan pemerhati peneliti burung, birdwatchers, siapa sih yang tidak kenal nama swiss winasis? di usia yang belum 30 tahun dia sudah menghasilkan sebuah buku tentang burung-burung di TN Baluran dengan foto2 burung yang sungguh memikat hati sekaligus mbikin kiri para pemula di bidang fotografi seperti saya ini. makanya pertemuan kali ini dengannya adalah kesempatan yg sudah kunantikan untuk menagih janjinya mengajariku teknik memotret burung di alam liar., horee..

sengaja aku menyisakan waktu 3 hari untuk kursus spesial ini sekaligus untuk menikmati keindahan alam TN Baluran. "hah cuma 3 hari?! mau dapat apa?" pekikku dan mas swiss bersamaan. heheh.. kalau bisa sih aku disini sampai selesai ngubek2 keindahan se-Baluran. tapi apa daya, di seberang pulau sana emakku tersayang telah menanti. 

cth gambar yg agak gelap & cenderung backlight
pelajaran pertama dimulai di malam hari yaitu menyiapkan peralatan: kamera, baterei yang sudah terisi penuh, beberapa SD cards untuk menyimpan file gambar dan pakaian lapangan untuk dipakai besok. jika memilih berurusan dengan burung maka musti dengan segenap hati siap untuk bangun subuh dan tidak tidur kembali setelah shalat subuh karena kehidupan burung dimulai di waktu ini. tapi kan jam segitu masih gelap? kan belum kelihatan juga burungnya! memang betul, tapi dari camp ke lokasi untuk memantau burung perlu waktu tempuh, makanya begitu kita telah sampai di tempat target, kita tinggal menunggu sebentar lalu mentari pagi menyingsing dan burungnya jadi terlihat deh. 

cth gambar yg jarak burungnya  terlalu jauh
tapi tidak setiap kali juga burung yang terlihat oleh mata kita lantas bisa dijepret. posisi burung, matahari dan kita serta jangkauan lensa yang kita pakai akan menentukan apakah burung tersebut dapat kita jepret atau tidak. burung yang menghalangi jatuhnya cahaya matahari (backlight) juga tidak perlu kita jepret karena pasti hasil gambarnya gelap. selain tidak bagus dilihat, burungnya pun akan sulit untuk kita identifikasi karena warnanya tidak nampak selain didominasi warna abu-abu. karena itu lebih baik kita menunggu hingga mendapat kondisi yang memungkinkan kita untuk memotret burung dengan baik.jika terlalu jauh meski lensa kita masih mampu menjangkaunya hasilnya tidak akan maksimal jadi lebih baik kita bersabar menunggu sambil berharap burung tersebut akan pindah mendekati kita. 


cth pose ideal burung untuk diidentifikasi
mengapa kita perlu mendapatkan gambar burung dengan hasil terbaik yang kita bisa? jawabannya selain karena gambar yang bagus akan menarik minat untuk dilihat, adalah untuk kepentingan identifikasi jenis burung. ya iyalah masak kita hanya mau foto-foto thok tanpa tahu jenisnya apa? gak keren bangets itu mahh. identifikasi jenis burung penting banget loh karena dengan begini kita akan tahu jenis-jenis burung apa saja yang hidup di suatu tempat dan kita akan menemukan betapa kaya alam di negeri tercinta kita ini, asik kan? nah, ketika memotret burung wajib untuk mendapatkan SEMUA bagian tubuh burung! tapi kalau tidak memungkinkan, usahakan mendapatkan bagian-bagian yang mudah untuk diidentifikasi, setidaknya bagian punggung, dada, ekor, dan muka (daerah mata dan paruh). 


teknik memotret bagi yang sudah paham kamera dan fotografi mungkin tidak ada masalah  karena yang menjadi tantangan sebenarnya dalam memotret burung di alam adalah kesabaran kita menunggu. ahh gampang menunggu mah udah sering lagipula kalau ada kawan gini bisa ngobrol. eitts, bukan menunggu yang seperti itu kawan, tapi menunggu dalam DIAM. suara baik dari mulut maupun karena kita bergerak harus sangat diminimalisir karena kalau tidak burungnya bisa terbang menjauh dan hilang sudah kesempatan kita untuk mendapat gambar burung tersebut. ini salah satu perbedaan mendesar dari fotografi benda mati dan fotografi makhluk hidup terutama hidupan liar. mas swiss sering banget tuh mendelikkan matanya kepada saya karena jalan atau gerak saya terlalu berisik, padahal itu juga sudah saya usahakan supaya pelan-pelan banget. 

ada beberapa jenis burung yang sangat peka terhadap suara sehingga memotret jenis burung ini memerlukan investasi yang besar berupa: kesabaran ekstra, waktu yang tak terhingga, dan anti pegal karena bukan tidak mungkin kita musti merayap seperti tentara yang sedang latihan perang ataupun berada pada posisi duduk/berdiri yang cukup lama. memang yang paling sering pegal itu adalah leher kita karena sering menengadah ke atas. tapi jangan sepelekan lengan yang menopang beban kamera plus lensanya dan kedua kaki kita yang menopang keseluruhan badan kita. jika punya kesempatan untuk mencari posisi mengintai yg paling nyaman, maka buatlah diri kita senyaman mungkin. 

jenis burung yg suka tiba2 sudah nongol aja
memotret burung juga memerlukan kepekaan dan kejelian kita mengamati kondisi sekitar. tidak semua burung berkicau atau bersuara saat terbang maupun sekeda
r pindah dari satu dahan ke dahan pohon lain. makanya disini kita melatih kepekaan mata dan telinga kita untuk menangkap jika ada yang bergerak ataupun suara kepak sayap burung. respon kita mengikuti arah perpindahan burung yang menjadi target juga merupakan hal yang utama. gak mungkin dong kita minta burungnya untuk pelan-pelan dan nungguin kita sampai kita siap untuk memotret dia. kalau gitu mah profesi fotografer burung ataupun hidupan liar menjadi tidak seksi dan kurang menantang, heheh. makanya yang menjadi kunci adalah fokus. jangan sampai lengah ketika sedang mengintai burung. tangan dan mata kita harus selalu selaras dan kamera dalam kondisi siap untuk menjepret. 


pernah suatu kali seekor burung rajaudang berada sangat dekat dengan saya yang sedang nongkrong di pantai tapi saya malah main yang lain dan saat dikasih kode oleh mas swiss dengan ekspresinya yg sedang teriak dengan meredam suaranya, saya baru sadar namun sudah terlambat karena burungnya sudah terbang pergi. mas swiss sebelnya ampun2an pada saya yang tidak fokus padahal kami sudah mengintai lama dan burung itu termasuk jenis yang cukup memerlukan investasi untuk dipotret. kami menunggu beberapa saat berharap burung itu akan kembali mendekat tapi hasilnya nihil. saya hanya bisa mengeles dengan berkata, "ya abis lama banget sih burungnya ditungguin jadi main yg lain dulu" dan mas swiss dengan logat jawa timurnya yang kental menggeleng2kan kepalanya seraya berkata, "kowe ki mil mil...."

oke, sekian sharing tentang memotret burungnya. semoga bermanfaat. :-)