Pages

Monday, September 26, 2011

Memotret Burung di Baluran

beruntung sekali saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Baluran, sebuah Taman Nasional di Propinsi Jawa Timur yang terkenal dengan savana dan bantengnya. Saya kesini dalam rangka pengenalan dan pelatihan metoda okupansi untuk survei mamalia besar atas undangan tim PEH Balai TN Baluran. kebetulan, mas swiss, kakak tingkat di kampus sekaligus sahabat yang menjadi big brother dan mentor saya itu juga adalah anggota PEH TN Baluran. bertemu dengannya setelah sekian tahun pisah membuat saya menyadari betapa jarak, tempat dan waktu tidak mampu untuk merubah mas swiss. dia tetap saja item, kecil, mata belo, ngomongnya mencricis, medhok abis, barkaos item berteman asap mengepul dan suka cengengesan. hahah sori yo mas swiss, emang begitu kok kenyataannya, hahaha. hanya ada satu perubahan di mas swiss, dia jauh lebih baik, IN EVERY WAY, dibanding terakhir kali kami bertemu. di kalangan pemerhati peneliti burung, birdwatchers, siapa sih yang tidak kenal nama swiss winasis? di usia yang belum 30 tahun dia sudah menghasilkan sebuah buku tentang burung-burung di TN Baluran dengan foto2 burung yang sungguh memikat hati sekaligus mbikin kiri para pemula di bidang fotografi seperti saya ini. makanya pertemuan kali ini dengannya adalah kesempatan yg sudah kunantikan untuk menagih janjinya mengajariku teknik memotret burung di alam liar., horee..

sengaja aku menyisakan waktu 3 hari untuk kursus spesial ini sekaligus untuk menikmati keindahan alam TN Baluran. "hah cuma 3 hari?! mau dapat apa?" pekikku dan mas swiss bersamaan. heheh.. kalau bisa sih aku disini sampai selesai ngubek2 keindahan se-Baluran. tapi apa daya, di seberang pulau sana emakku tersayang telah menanti. 

cth gambar yg agak gelap & cenderung backlight
pelajaran pertama dimulai di malam hari yaitu menyiapkan peralatan: kamera, baterei yang sudah terisi penuh, beberapa SD cards untuk menyimpan file gambar dan pakaian lapangan untuk dipakai besok. jika memilih berurusan dengan burung maka musti dengan segenap hati siap untuk bangun subuh dan tidak tidur kembali setelah shalat subuh karena kehidupan burung dimulai di waktu ini. tapi kan jam segitu masih gelap? kan belum kelihatan juga burungnya! memang betul, tapi dari camp ke lokasi untuk memantau burung perlu waktu tempuh, makanya begitu kita telah sampai di tempat target, kita tinggal menunggu sebentar lalu mentari pagi menyingsing dan burungnya jadi terlihat deh. 

cth gambar yg jarak burungnya  terlalu jauh
tapi tidak setiap kali juga burung yang terlihat oleh mata kita lantas bisa dijepret. posisi burung, matahari dan kita serta jangkauan lensa yang kita pakai akan menentukan apakah burung tersebut dapat kita jepret atau tidak. burung yang menghalangi jatuhnya cahaya matahari (backlight) juga tidak perlu kita jepret karena pasti hasil gambarnya gelap. selain tidak bagus dilihat, burungnya pun akan sulit untuk kita identifikasi karena warnanya tidak nampak selain didominasi warna abu-abu. karena itu lebih baik kita menunggu hingga mendapat kondisi yang memungkinkan kita untuk memotret burung dengan baik.jika terlalu jauh meski lensa kita masih mampu menjangkaunya hasilnya tidak akan maksimal jadi lebih baik kita bersabar menunggu sambil berharap burung tersebut akan pindah mendekati kita. 


cth pose ideal burung untuk diidentifikasi
mengapa kita perlu mendapatkan gambar burung dengan hasil terbaik yang kita bisa? jawabannya selain karena gambar yang bagus akan menarik minat untuk dilihat, adalah untuk kepentingan identifikasi jenis burung. ya iyalah masak kita hanya mau foto-foto thok tanpa tahu jenisnya apa? gak keren bangets itu mahh. identifikasi jenis burung penting banget loh karena dengan begini kita akan tahu jenis-jenis burung apa saja yang hidup di suatu tempat dan kita akan menemukan betapa kaya alam di negeri tercinta kita ini, asik kan? nah, ketika memotret burung wajib untuk mendapatkan SEMUA bagian tubuh burung! tapi kalau tidak memungkinkan, usahakan mendapatkan bagian-bagian yang mudah untuk diidentifikasi, setidaknya bagian punggung, dada, ekor, dan muka (daerah mata dan paruh). 


teknik memotret bagi yang sudah paham kamera dan fotografi mungkin tidak ada masalah  karena yang menjadi tantangan sebenarnya dalam memotret burung di alam adalah kesabaran kita menunggu. ahh gampang menunggu mah udah sering lagipula kalau ada kawan gini bisa ngobrol. eitts, bukan menunggu yang seperti itu kawan, tapi menunggu dalam DIAM. suara baik dari mulut maupun karena kita bergerak harus sangat diminimalisir karena kalau tidak burungnya bisa terbang menjauh dan hilang sudah kesempatan kita untuk mendapat gambar burung tersebut. ini salah satu perbedaan mendesar dari fotografi benda mati dan fotografi makhluk hidup terutama hidupan liar. mas swiss sering banget tuh mendelikkan matanya kepada saya karena jalan atau gerak saya terlalu berisik, padahal itu juga sudah saya usahakan supaya pelan-pelan banget. 

ada beberapa jenis burung yang sangat peka terhadap suara sehingga memotret jenis burung ini memerlukan investasi yang besar berupa: kesabaran ekstra, waktu yang tak terhingga, dan anti pegal karena bukan tidak mungkin kita musti merayap seperti tentara yang sedang latihan perang ataupun berada pada posisi duduk/berdiri yang cukup lama. memang yang paling sering pegal itu adalah leher kita karena sering menengadah ke atas. tapi jangan sepelekan lengan yang menopang beban kamera plus lensanya dan kedua kaki kita yang menopang keseluruhan badan kita. jika punya kesempatan untuk mencari posisi mengintai yg paling nyaman, maka buatlah diri kita senyaman mungkin. 

jenis burung yg suka tiba2 sudah nongol aja
memotret burung juga memerlukan kepekaan dan kejelian kita mengamati kondisi sekitar. tidak semua burung berkicau atau bersuara saat terbang maupun sekeda
r pindah dari satu dahan ke dahan pohon lain. makanya disini kita melatih kepekaan mata dan telinga kita untuk menangkap jika ada yang bergerak ataupun suara kepak sayap burung. respon kita mengikuti arah perpindahan burung yang menjadi target juga merupakan hal yang utama. gak mungkin dong kita minta burungnya untuk pelan-pelan dan nungguin kita sampai kita siap untuk memotret dia. kalau gitu mah profesi fotografer burung ataupun hidupan liar menjadi tidak seksi dan kurang menantang, heheh. makanya yang menjadi kunci adalah fokus. jangan sampai lengah ketika sedang mengintai burung. tangan dan mata kita harus selalu selaras dan kamera dalam kondisi siap untuk menjepret. 


pernah suatu kali seekor burung rajaudang berada sangat dekat dengan saya yang sedang nongkrong di pantai tapi saya malah main yang lain dan saat dikasih kode oleh mas swiss dengan ekspresinya yg sedang teriak dengan meredam suaranya, saya baru sadar namun sudah terlambat karena burungnya sudah terbang pergi. mas swiss sebelnya ampun2an pada saya yang tidak fokus padahal kami sudah mengintai lama dan burung itu termasuk jenis yang cukup memerlukan investasi untuk dipotret. kami menunggu beberapa saat berharap burung itu akan kembali mendekat tapi hasilnya nihil. saya hanya bisa mengeles dengan berkata, "ya abis lama banget sih burungnya ditungguin jadi main yg lain dulu" dan mas swiss dengan logat jawa timurnya yang kental menggeleng2kan kepalanya seraya berkata, "kowe ki mil mil...."

oke, sekian sharing tentang memotret burungnya. semoga bermanfaat. :-)

   

1 comment:

  1. woehehehe... kok ada nama orang ganteng disebut2 ya?
    ternyata murid pertamaku bener2 mengingat apa2 yg disampaikan sama sifu :D.
    very nice sis. jadi kapan ne hunting di riau? hehehe...

    huge from your big brother :D

    **kangkok rantingnya salah iden tuh!

    ReplyDelete