Pages

Friday, February 13, 2009

and once again i know, i love my country

ada perasaan yang sulit aku jelaskan tatkala menyiapkan draft tulisan biodiversity of cats in TNBTL. pada bagian introduction, kutuliskan smua hal-hal yg membuat nama indonesia begitu dikenal dan dihargai, karena kekayaan keanekaragaman hayatinya yang melimpah-limpah. namun, aku tidak tahu, apakah penghargaan dan kekaguman ini juga dirasakan oleh orang-orang sebayaku tapi beraktivitas di bidang berbeda?

ada rasa bangga, terharu mengetahui bahwa saya lahir, dibesarkan dan hidup seutuhnya di negara yang dikaruniai oleh kekayaan alam yang tidak terhitung jumlahnya.

alunan lagu per te nya josh groban. diiukuti shape of my heart nya sting., ntah kenapa makin membuat saya larut dalam rasa syukur.

tapi kenyataan yang turut menempel anugrah tak terkira ini, kembali menyesakkan dada.
penebangan kayu, konversi hutan menjadi kebun akasia dan sawit, pembangunan jalan membelah kawasan taman nasional,..
membuat saya menyadari,
betapa lemahnya kita di bernegosiasi bahkan di tingkat lokal sekalipun.
betapa lemahnya kampanye dan pendidikan lingkungan yang kita berikan kepada para pemegang jabatan, pembuat keputusan dan pengambil kebijakan.

diantara limpahan kekayaan alam, kecilnya akses untuk kesejahteraan, penghancuran besar-besaran terhadap sistem penopang kehidupan,..
coba kucari,
apa ini sekedar tanda bahwa hidup itu seimbang.,
ada kekayaan, ada kejahatan.,
ada manusia yang berjuang untuk menyelamatkan orangutan di kalimantan sana
dan ada manusia yang dengan menutup mata menandatangani penjualan lahan hutan secara ilegal.

ataukah ini ujian untuk melihat apakah kita ini, manusia,
cukup berotak,
cukup memiliki hati yang jernih dan bervisi jangka pandang untuk memanfaatkan apa yang diberikan.

jika ini hanya tentang kehidupan,
dimana roda kebaikan dan keburukan saling berganti berada di atas dan di bawah .,
maka saya tersenyum sepenuh hati menghargai setiap kemajuan yang terjadi di sekitar saya.
dan saya hanya bisa sesunggukan membaca berita 'kekalahan' yang untuk sejenak, menghentikan langkah kami.

despite all, i just know once again, i love my country, for the bless in natural resources and the evil things surrounding it.
--------

Terminal Bus Dibangun di Taman Nasional Kutai
Selasa, 10 Februari 2009 | 02:01 WIB
http://cetak.kompas.comreadxml200902100201471terminal.bus.dibangun.di.taman.nasional.kutai

Sangatta, Kompas - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur menyatakan tetap membangun terminal di kawasan Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Alasannya, pembangunan itu telah mendapat persetujuan Menteri Kehutanan dan demi kepentingan umum.

Bupati Kutai Timur Isran Noor, yang ketika dihubungi sedang di Jakarta mengikuti Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat, Senin (9/2), menjelaskan, pembangunan terminal tidak akan merusak kawasan hutan dan sudah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. "Hutan sudah rusak duluan," paparnya.

Karena demi kepentingan umum dan sudah disetujui Menteri Kehutanan, lanjut Isran, pembangunan tidak bisa ditunda. Dalam konteks itu, pemeriksaan terhadap pimpinan Dinas Perhubungan Kutai Timur oleh penyidik Balai Taman Nasional (TN) Kutai dianggapnya sebagai perilaku berlebihan.

Terkait pernyataan itu, Kepala Balai TN Kutai Tandya Tjahjana menyatakan, tidak ada izin pembangunan terminal. "Balai TN Kutai sudah mengeluarkan berkali-kali peringatan agar pembangunan terminal dihentikan, tapi tak digubris," ujarnya.

Pembangunan terminal di TN Kutai hanyalah satu contoh dari kehancuran hutan taman nasional tersebut. Selain terminal, saat ini di sana sudah ada ratusan rumah dan kios warga serta ladang pertanian. Kehancuran taman nasional yang memiliki hewan endemis orangutan dan rusa asal
Kalimantan ini terjadi sejak tahun 1990-an ketika dibuat jalan trans-Kalimantan yang membelah TN Kutai.

Menurut Tandya, kerusakan TN Kutai telah mencapai 50 persen atau 99.314,5 hektar dari total 198.529 hektar yang mencakup Kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang "Di TN Kutai telah berdiri 16 menara telekomunikasi, dua stasiun pengisian bahan bakar untuk umum, ribuan rumah di tujuh desa atau dua kecamatan yang dihuni 22.876 jiwa, dan terminal angkutan umum. Semua itu tidak berizin," katanya.

Secara terpisah, mantan Kepala Balai TN Kutai Agus Budiono mengatakan, jalan Bontang-Sangatta membelah TN Kutai sepanjang 54 kilometer. Jalan dibangun atas desakan Pemerintah Provinsi Kaltim pada tahun 1990-an agar warga di dua daerah itu bisa berhubungan, tidak lagi lewat perairan Selat Makassar. "Setahu saya, Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim dulu menolak usul pembangunan jalan itu," katanya.
--

Mobil Patroli Milik Dephut Dibakar Perambah Hutan Tesso Nilo
http://www.detiknews.com/read/2009/02/13/155109/1084589/10/mobil-patroli-milik-dephut-dibakar-perambah-hutan-tesso-nilo

Pekanbaru - Satu unit mobil patroli milik Departemen Kehutanan, di Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Riau dibakar sekelompok orang tak dikenal. Kuat dugaan pelaku adalah komplotan pencuri kayu di kawasan TNTN.

"Saat ini kita tengah melaporkan kasus pembakaran mobil patroli ke pihak Polsek Ukui, Kabupaten Pelalawan. Kita berharap pihak kepolisian segera mengungkap dalang pelaku pembakaran mobil kami," kata Kepala Seksi Wilayah I Balai TNTN, Suhana dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (13/02/2009).

Dia menjelaskan, mobil patroli jenis Ford Ranger Nopol B 9492 OQ itu di bakar sekelompok orang tak dikenal di Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Mobil patroli warna merah itu kini kondisinya hangus dan tidak bisa dipergunakan lagi.

Peristiwa pembakaran itu terjadi pada Kamis (12/02/200) siang hari. Suhana menceritakan, siang itu dia bersama dua petugas Polisi Kehutanan (Polhut) tengah bertugas berkeliling mengawas di dalam kawasan TNTN.

"Dalam perjalanan di dalam kawasan taman, kami menemukan tumpukan kayu olahan di pinggir badan jalan. Selanjutnya, kami turun dari mobil untuk menelusuri ke dalam hutan dengan berjalan kaki. Di dalam kawasan hutan itu, kami menemukan kembali tumpukan kayu hasil jarahan liar," kata Suhana.

Di tengah kawasan hutan, kata Suhana, mereka tidak menemukan satu orang yang melakukan perambahan hutan. Ada sekitar 30 menit mereka mencari pelaku perambah hutan, namun tidak ditemukan juga. Setelah itu, tim dikejudkan dengan munculnya asap hitam dari badan jalan.

"Awalnya kami kira ada pembakaran hutan. Lantas kami kembali ke badan jalan. Dan ternyata mobil kami yang dibakar orang. Kami tidak tahu siapa pelaku pembakarnya. Kejadian itu begitu cepat. Kami hanya dapat pasrah, apa lagi di sekitar itu tidak ada air untuk dapat memadamkan apinya," kata Suhana.

Masih cerita Suhana, melihat mobil dibakar orang tidak dikenal, mereka lantas menjauh dari lokasi tersebut. Mereka kembali masuk ke dalam hutan sembari mengontak Kepala TNTN serta rekan-rekan WWF.

"Kami menghindari dari lokasi kebakaran, karena kami khwatir bakal ada massa yang akan mengeroyok kami. Ada dua jam lebih bantuan baru datang. Tapi mobil patroli kami sudah keburu hangus," kata Suhana.

Untuk sekadar diketahui warga Desa Air Hitam ini merupakan desa pemekaran dengan luas 12 ribu hektar di dalam kawasan taman. Sekelompok warga di sana, menolak perluasan taman dari 38 ribu hektar menjadi 100 ribu hektar. (cha/djo)

mubeng-mubeng ning cengkareng [to bangkok and back part 1]

sabtu, 27 januari 2009.

akhirnya memang tidak ketemu mas. beralasan dia diminta menghadiri acara sertijab seorang senior. besides, waktunya mepet,. jadi malas, gak worth. ini mah ngelesnya mas ajah. tau gak siy klo aku dah dandan abis2an? hehe... gak ding (sekedar intro ya).


jadinya.. aku mubeng2 aja di cengkareng. asik juga ternyata. ada beberapa hal baru yang menarik di bandara tua ini. setiap bebberapa meter, di lantai ada tulisan, "jaga kebersihan".



oiya, ada adek2, umur sekitar 10-12 tahun tapi dandannya bo.. maut!!
high heels, tas tangan gd, dress plus make up! buset aku sampe tidak mampu bergeming melihatnya. saat aku sadar bahwa si adek bakal mantap di poto, eh.. dianya dah berlalu. telat deh.

aku juga ketemu tempat makan kesukaanku berada di dalam terminal 2, bakso malang oasis.! yang kutuju sih bukan baksonya, tapi siomay nya itu lo.. tak ada dua nya di dunia! yang mendekati paling cuma siomay kang cepot di jakal jogja. saking senengnya aku nemu tempat ini, perutku yang tadinya penuh langsung berasa kosong lagi dan minta diisi. tapi aku tahan dulu la, coz ni baru jam 5 jek. ntar ajalah jam2 7 gitu.

ya sudah aku lanjut lagi berjalan-jalan di sekitar bandara.

kuperhatikan banyak kios yang berjualan makanan. segala macam gerai roti ada; kecuali Breadtalk dan J-co yang seperti cuma jago di malls.

di salah satu terminal, klo gak salah terminal D, ada skrumunan orang berdiri. mereka menonton tv yang digantung dari atas. karena penasaran, kudekati. ternyata, mereka menonton berita tentang obama yang disiarin di rcti! olalala... rupanya daya sihir obama belum hilang juga.

sejak ketahuan bahwa obama pernah tinggal di indonesia, meski cuma sedilut, orang2 indonesia terus mengelu-elukannya. jaman kampanye pun sudah ramai orang yang ngomongin dan mendukung dia. meski tidak memilih, tapi sebagian orang indonesia dengan seksama memantau proses pemilihan dan perhitungan suara. dan ketika obama dinyatakan menang, (telak lagi) orang-orang pun bersuka cita. bahkan, saat inagurasi obama jadi presiden 20 januari lagi lalu, sd tempat obama sempat sekolah dulu, sampai bikin acara gede! gilaa ya.., padahal obama di pidato kepresidennya pun se huruf pun tidak menyinggung satu sekolahan dasar yg berpesta untuknya. sepertinya kita memang masih suka sekali merayakan romantisme masa lalu.


jam 6 aku cek in. meski dah kuatur lebih baik, ternyata bagasi masih lebih 6 kg! oh dear..
pikiranku dah diliputi angka2 rupiah yang harus aku keluarkan. sebenarnya yah, isi bawaannya sih gak berat2 amat. tapi koper mas narto ajah yang sepertinya emang berat meski tanpa isi. untungnya petugas airline membolehkan tambahan 3 kg, jadilah aku mengurangi beberapa barang dan memindahkannya ke sinyo, tas daypack ku.

setelah selesai dengan bagasi, aku lalu mengurus bebas fiskal di loket berwarna merah. ternyata gampang banget! cuma perlu nyerahin kopian kartu npwp dan paspor. nomor npwp kita akan dicek kevalidannya, stelah itu kartu bepergian kita distempel. stempelnya sih kecil, tapi ampuh buat petugas di imigrasi gak nanya macem2.
"yeeiii... so long fiskal!" akhirnya bisa berteriak seperti itu.

tas sinyo kuatur2 lagi. abis tu aku telpon semua keluargaku:
kakak, adik, mommy, ayah, sampe wowo..

aku terus menimbang-nimbang, enaknya makan siomay ato gak usah ya? tapi kan ga sering juga mampir di airport ini. gak papalah maem. ntar gak usah makan di pesawat. pikirku ringan.
begitu nyampe di bakso malang oasis, mulutku langsung nyrocos, "mas, siomay 1, komplit"
mas nya senyam senyum, setengah menit kemudian dia ngomong, "tapi nunggu 15menitan ya mba"
heh, pake nunggu ternyata. ya udah, ga papa lah.

beberapa menit berikutnya, "nyam.. nyam..." siomany nan uenak sudah masuk ke mulut, mengalir ke tenggorokan dan jatuh trus masuk ke dalam.
terpaksa sejenak kulupakan keprihatinan atas perutku yang membulet..,
dan memilih untuk menikmati siomay ku dengan rasa tenang, bebas dan tanpa rasa bersalah :)



setelah masuk ke gate E4, aku langsung disergap oleh kesunyian.
jam 8.35 malam.
kulihat penumpang yang menunggu di ruang boarding tidak banyak. sepertinya ni isi pesawat gak penuh. tapi aku pun bertanya dalam hati, kira-kira pnumpangnya bakal lebih dari 50% gak ya? mudah2an sih begitu. kasiyan juga ni garuda klo terus2an dikit penumpangnya.

ini kali kedua aku ke bangkok. sebelumnya aku ksana untuk urusan kucing kuning gendud bergaris-garis. yep, harimau.
bedanya, kemarin tuh aku brangkatny gak sendiri, tapi bertiga. dah gitu, kami naik singapore airline. baru skali itu lho aku naik SQ. yeah, naik SQ tuh, walaupun kelas ekonomi, tetap seperti nginep di hotel atlet century. yang di kelas bisnis mungkin sperti nginep di hotel nikko atau borobudur.

aku sampai gak percaya waktu tau aku bakal naik SQ. saking senengnya, aku sampe kepikiran untuk foto sama pramugarinya, biar klo cerita, bisa skalian pamer, hehe... norak emang.
but, it was never happen. and im happy for that.

Wednesday, February 11, 2009

asap lagi haze lagi

sudah dua hari ini pekanbaru diselimuti kegelapan, hiii...
kemarin pagi saking gelapnya, aku pikir langit bentar lagi ngamuk, bakalan hujan gede. jadi aku langsung keluar rumah, ngejar bus biar cepat bisa nyampe kantor. secara payungku rusak dan kalaupun enggak, bakal tetap kecipratan air karena dia terlalu kecil.
ternyata, yang gelap itu karena asap! dah curiga juga sih.
kutanyain ke si anggi, dia malah gak tau (gimana siy, kan dia tuh yg bwat peta titik api).
tadi pagi, informasi baru jelas semua.
karena ada yang bakar hutan/lahan lagi, jadilah asap ada dimana-mana.
bahkan, titik api yang smula ada 81 sudah bertambah menjadi 91 titik (kata penyiar berita).
tetangga2 kita tercinta, malaysia dan singapura dah teriak-teriak, "haze...! haze...!!"
skarang kepalaku ikut2an pusing. ntah karena asap ni, atau tadi pagi terlalu banyak nyium polusi dari kendaraan2 di jalan.
yang menarik, matahari di pekanbaru jadi terlihat seperti matahari di jakarta.
kalau di jakarta karena polusi udara yang berlapis-lapis,
di pekanbaru karena asep dari kebakaran.
eh, tapi sama-sama asap ding.
yang disana dari asap2 kendaraan.
yang disini dari asap kebakaran!

Sunday, February 8, 2009

solaria

eiittss.. ini bukan tulisan dalam rangka promosi solaria lho. dan jangan salah baca ya, trutama cewek-cewek nih, it's solaria not sorella, hehe...

sejak kulkas saya sementara ini diungsikan, praktis saya jadi malas masak. parit indah pun kembali saya jambangi hampir tiap siang. klo siang sih gak masalah, tapi malamnya yang bingung, deket-deket rumah cempedak pilihannya terbatas.

so, siang ini saya makan di solaria dengan menu yang tidak pernah berubah sejak pertama kali saya mengenal tempat ini, nasi+cap cay seafood. alasannya simple, smua komplit dalam satu piring: ya nasi, ya sayurnya yang banyak, ya lauk dari seafood itu.

sore ini makan disini karena badan saya sudah protes. sejak sabtu kemarin badan cuma saya kasih mi instan. akibatnya badan saya lemeeesss, jadi malas ngapa2in. sampai tulisan saya dari kemarin belum nambah banyak. dengan pertimbangan produktivitas dan kesehatan, jadilah saya makan disini (bagaimanapun juga nasi is still much much better than mi instan!).

ntah karena lidah saya yang masih terpesona oleh masakan thailand dan atau terhipnotis oleh ramainya bumbu masakan parit indah, rasa menu andalan saya ini tidak senikmat dulu lagi. cairan cabe sudah saya tumpahkan ke piring saya begitu banyak sampai semua berubah menjadi merah. biasanya saya hanya perlu membuatnya begitu pedas agar makanan trasa lebih nikmat. tapi sambalnya pun sepertinya sudah berkurang pedasnya. ntah karena sengaja dikurangi pedesnya oleh pihak solaria karena terkena imbas krisis, atau lidah saya saja yang sudah naik kelas (kelas tingkat kepedesan, hehe).

hari ini solaria cukup ramai, mungkin karena lagi wikend. di tempat duduk yang dulu aku tempati bareng mas narto, mb rini dan banyu, ada sepasang laki2 dan perempuan, orang dua tu pacaran paling. trus disebelah kiriku ada mas2 gendud bercakamata yang sedang menyantap nasi gorengnya. trus disamping kananku ada kluarga muda dengan anak perempuan umur 4tahunan dengan rambut berkuncir dua. saat sang ibu memencet-mencet hp dan mluncurlah lagu-lagu boyband indonesia yang tiap hari terdengar karena jadi soundtrack sinetron di tipi. si anak lalu berteriak-teriak "itu gak guna!" "itu gak guna!"
iya dek, saya juga stuju, lirik lagu-lagu boyband itu cenderung kasar, bahasanya gak ngesastra,. gak kayak lagu2nya kla project dulu....

sambil makan sesekali saya melihat ke cermin yang memantulkan keberadaanku. cakep juga ya.., meski dari jauh, :p

biasanya kalo malam, solaria mutarin musik instrumental. tapi sore ini 100% indonesia. seksinya suara pingkan mambo mengingatkan saya pada McDonalds yang tidak bisa survive di kota ini. dia dengan sukses ditendang keluar tanpa ampun oleh rumah makan padang. hahaha.. such a fantastic story to tell to anybody.

sbenarnya catatan ini mo langsung saya masukkan ke notes facebook. tapi my jadul and my creepy creepy handphone just too lelet untuk yang beginian. terpaksalah pake model analog lagi.

oh ya, klo ada yang mo nyoba pangsit goreng, saya sarankan nyoba pangsit rebusnya ajah, meski sausnya bakal ngingetin ke asam pedes manisnya masakan thailand., tetap kurang mantap dibanding saudaranya yg versi rebus itu. dan bener lho, pangsit gorengnya kebanting abis ma sausnya.
that's the tips on the house.

Thursday, February 5, 2009

it takes time

It has been over eight months I spend my time in Sumatra, working to protect the Sumatran tiger. Since the first year in university, I know that my passion is wildlife. So, when I able to do something related to wildlife, I feel my life more than complete. I have been enjoying my work at one of the NGOs in Indonesia where I get the chance to work with the team, go to Sumatran jungle, setting up the camera traps, looking for the wildlife signs, analyzing data when I get to the office and at the end, writing report to our donor and related government authorities. The other fun thing from my work is the responsibilities I have to design the research, works on the activity plan; budget needed for the survey and monitoring activities and of course, project proposal writing.

As I am getting familiar with my work, one thing I realized that from the planning, process of survey, data analysis and report writing takes time before the information from the field can be used as the reference for management. And I think the same flow applies to negotiation process.

The Bali Summit in December 2007 was my first experience on international climate meeting. Over 10,000 people from countries representatives, NGOs and youth organizations were in Bali to discuss one issue that attached every single person from all parts of the globe: climate change. The summit was conducted for two weeks and received tons of hours of media coverage both international and national. I know many people were expecting a breakthrough from the Bali Summit. Yet, beside Bali Roadmap, USA and Japan were still the ones who refused to reduce their carbon (CO2) emission. Questions like “How can those countries become so selfish?”, “what exactly these representatives were doing in this summit?”, “Did they try hard enough?” were rising surround me as people responded the Bali Summit result. But then I realized two weeks of meeting was just not enough to make everyone satisfies with the result. I learned that negotiation isn’t that simple. Each country has its own interests and priorities. I witnessed with my eyes how intense the summit was. I overheard when I leave the building with other youth groups, the country representatives were still in the intense meeting at the next room. Therefore, I learned that it is not fair to judge that country representatives have failed or they were just too week to struggle. It became clear to me what my senior ever told me that negotiation takes time. It became clear that a smooth negotiation requires trust from both sides, understanding and strong communication skill from each of the representatives to bring us closer to our goals and actually meet those goals.

My experiences with students’ organization (IFSA), workshops and some of diverse voluntary works taught me about negotiation processes. It was not much, but at least they are fundamental for someone young like me. It is also what keeps on reminding me that at certain level, working by the field must be complemented with the efforts of sharing the concern and vision for the future with others. Of course this will not be easy. Lot of time, lot of energy are required for brainstorming, build common vision, agrees on a strategy, negotiating many things and probably trade off in some parts. But I guess they are all worth, as long as we are committed to contribute at best for world betterment. After all, it is the same earth we shared to living in. Somehow I believe each of us is doing the best for our lives, for our generation.