Pages

Wednesday, September 29, 2010

pagi bersama Collared Kingfisher

petualangan sesungguhnya dimulai hari ini (cuiits). yep, hari ini adalah hari kedua aku sekeluarga di Bau-Bau. meski dingin yang menggigit dan membuat mata enggan terbuka, kupaksakan untuk bangun. begitu menyibak tirai jendela, ehh ternyata matahari sudah nongol duluan. buru-buru aku menyambar kamera dan tripod, berharap burung-burung masih ada yang bertengger berkicauan di bawah sinar matahari pagi yang mulai terasa hangat. targetnya cuma sekitar pekarangan rumah om sampai ke tebing di atas laut itu. ga bisa jauh-jauh juga karena bawa ponakan, anak pertama kakakku yang berumur 6 tahun, mirah namanya. mirah ini gak tahu kenapa sejak kecil nempeelllll aja sama aku. padahal aku jarang juga ketemu dia. mungkin dia nganggapnya aku keren kali, hehe.

baru juga mau berangkat., eh diteriakan ayah. "mau kemana?"
"mau foto burung" jawabku
ayah: "sampai ke tempat kemarin? lewat yg hutan-hutan itu?"
aku: "iya"
ayah: "itu mirah tidak usah ikut"
mendengar namanya disebut, mirah pun langsung ngerocos protes, "lho, tapi aku mau ikut aunty mila"
"ya sudah, tunggu kalo gitu" jawab ayah dan segera mengambil sandal.
rupanya nyokap juga sempat dengar perbincangan singkat itu, "mau ke laut yg di belakang itu ya? tunggu, ikut-ikut".
aku cuma pasrah menerima kondisi. udah akunya kesiangan, rombongannnya pake ramai pula. gimana mau moto burung nih? yang ada sih pada langsung kabur semua.

dengan kondisi yang ada, eskpektasi ku pun kuturunkan. gak dapat moto burung ga papa lah. sekedar jalan-jalan pagi juga cukup menyenangkan rasanya.

tapi baru jalan bentar setelah celingak celinguk ke atas, aku teriak tertahan, "diam semua"
ayah dan nyokap kompakan, "ada burung ya?"
"iya., shut, jangan gerak dulu ya" kataku sambil mulai mbidik seekor burung berwarna biru di pohon kapas.
ayah: "dimana burungnya?"
aku tidak berkata apa-apa hanya jari telunjuk mengarah ke puncak pohon kapas di depan kami berdiri.
"itu ayah disana, di pucuk pohon" kata ibu mengarahkan ayah.
sedetik kemudian ayah berkata, "ooh..." dan lantas ngeloyor pergi.
aku yang masih mencoba mengatur zoom dan fokus kamera, melirik ayah yang sudah mulai berjalan. wah,, pantes. sekarang aku tahu dari mana sifat cuekku yang kadang-kadang kumat itu. emang turunan ternyata. malah nyokap yang protes, "eh ayah, tunggu jangan jalan dulu. nanti burungnya terbang semua". ayah yang sudah berada di depan tetap santai berjalan. sementara mirah mulai merengek minta ikut ngintip burung lewat kamera. nyokap mah setia banget nungguin sampai aku selesai motret. dapat dua gambar, abis tu burungnya trus terbang lagi. bentar banget dia nangkringnya. mungkin juga karena kami terlalu ribut disini jadinya si burung kabur deh.

Collared Kingfisher Todiramphus chloris
ini dia burungnya. setelah diidentifikasi ternyata dapat burung Collared Kingfisher (Todiramphus chloris). untuk jenis yang ini aku baru pertama dapatnya. namanya lucu juga ya. mungkin karena dia seperti memakai  kerah (collar) di lehernya. menurut wikipedia, Collared Kingfisher yang termasuk family Halcyonidae ini memiliki distribusi yang cukup luas; Asia, Australia hingga ke Polinesia. sesuai dengan habitat utamanya yaitu rawa mangrove, burung ini juga dikenal dengan nama Mangrove Kingfisher. tapi, habitatnya gak hanya di mangrove saja. jika di kepulauan, maka burung ini biasa terlihat hingga ke tengah-tengah pulau, berkicau di hutan dan daerah perbukitan-pegunungan. warna bulunya yang biru emang catchy banget ya. kalau betina, masih menurut wikipedia, warnanya lebih kehijauan dibanding jantan. burung ini suka sekali memakan kepiting-kepiting kecil. (wah, sama dong dengan aku, doyan kepiting! asal kita jangan rebutan kepiting aja ya,  hihi). kalau si burung ingin istirahat, biasanya dia memanfaatkan lubang-lubang yang ada di sebuah pohon sebagai sarang. kadang mereka juga memakai bekas sarang burung pelatuk. iiihhh.., ni burungnya gak pengen repot2 bikin sarang sendiri deh. 

lepas menutup lensa kamera, aku terdiam sesaat. kami baru jalan hanya beberapa meter, tembok rumah om pun masih kelihatan, tapi udah dapat moto burung, keren lagi burungnya!., ahhhh bahagianya. asik banget sih kalau punya pekarangan rumah dan pemandangan yang tak akan habis dinikmati? tempat ini emang keren abis!

selanjutnya, bakal dapat burung jenis apa ya?

Monday, September 27, 2010

mencium bau-bau dan berjumpa seseorang yang kurindu

klo upin-ipin baca judul ini pasti dah komentar, "iihh seronoook..." hehe..
tapi mah, klo sudah berkunjung ke bau-bau., pasti deh pengen kesana lagi lagi dan lagi. Bau-Bau ini dulunya adalah pusat Kerajaan Buton (Wolio) sebelum ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Buton sejak tahun 2001. Kabupaten Buton berada di Pulau Buton, satu dari beberapa pulau yang termasuk wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara.

berkunjung ke Bau-Bau rasanya seperti mimpi yang terwujud., cuileee..
tapi beneran kok. soalnya disana kan aku punya om yang mirip banget sama papi (kakek) jadi beliau cakep banget. udah gitu pinterrrr banget. paling jago kimia tuh. sayang aku gak ketularan kepintarannya. kimiaku cuma dapat c waktu kuliah, itupun dah susah payah dapetnya (satu diantara mata kuliah yg kalau aku ulang pun pasti tetep pas2an nilainya). omku tuh guru kimia yang penempatannya di SMA 4 Bau-Bau. aku masih SD (1990an), om ku sudah pindah ke Bau-Bau. waktu itu yang aku tahu Bau-Bau kalo di peta berada di ujung kaki nomor dua dari bentuk huruf K nya pulau Sulawesi. sejak om pindah ke Bau-Bau, otomatis aku jarang ketemu dengan beliau.

sewaktu aku bersiap masuk kuliah untuk pertama kali, om ku ini, namanya om febra, adalah satu-satunya orang yang mendukung pilihanku masuk fakultas kehutanan, sementara yang lain mati2an bujuk aku supaya ngambil kedokteran.kata om febra waktu itu, "kehutanan itu luas sekali, mulai dari perairan sampai ke pegunungan, belum lagi isi2nya, kayunya, binatangnya. jadi kamu bisa belajar banyak hal". aku yang mendengarnya waktu itu hanya diam terkagum. wahh., om ku ini emang paling yahud.

pertemuan terakhir dengan om febra adalah saat kakakku menikah di tahun 2003. sebenarnya om sekeluarga pernah datang lagi makassar waktu om juliz (adik nyokap kdua bungsu) nikah di tahun 2006, tapi waktu itu aku sedang tidak di indonesia jadi tidak bertemu.

tahun kemarin, nyokap dan ayah main ke Bau-Bau selama beberapa hari. nah sejak beliau berdua pulang dari Bau-Bau, yang namanya topik pembicaraan tidak pernah lari dari kata2., "wuiihh... Bau-Bau cantiknya. menyesal kalau tidak kesana". jelaslah aku yang emang suka jalan, apalagi pake kata2 murah, banyak makanan, banyak objek bwat difoto langsung semangat. ibuku pun tidak cukup ngomporin aku tapi juga adikku. klop lah, akhirnya kami berencana liburan ke Bau-Bau saat libur idul fitri 2010.

alhamdulillah, meski sempat terancam batal karena ada rencana kunjungan VIP donor, akhirnya rencana ke Bau-Bau bisa terwujud. supaya bisa tinggal beberapa hari di Bau-Bau dan kebetulan dapat tiket promo, kami sekeluarga berenam menempuh perjalanan udara sekitar 1 jam dengan pesawat wings air yang berkapasitas 80 orang.

tiba di bandara Bau-Bau, jangan bayangkan seperti bandara soekarno-hatta atau juanda di surabaya lho ya. seperti bandara sultan syarif kasim di pekanbaru juga masih agak jauh nampaknya. bandara di Bau-Bau namanya Betoambari yang diambil dari nama kecamatan Betoambari. bandaranya kecil, kata om ku sih bandara perintis.

aku tidak tahu persis ukuran bandaranya. ngukur pun juga gak ada niat tuh. ya iyalah., norak banget sih klo mau ngukur mending juga nanya ke petugas bandara. tapi nanya juga enggak soalnya udah semangat duluan tentang bau-bau, hehe. karena bandaranya kecil, sepertinya tiap ada pesawat yg mau mendarat harus gantian. hanya bagian keberangkatan yg punya gedung, sederhana dan kecil. sedang untuk bagian kedatangan lebih terbuka, hanya ada atap dan tiang2 utk menopang atap. antara penumpang dan penjemput dah langsung bisa saling lihat2an dan dadah2an dari jauh., hihi. untuk bagasi, lupakan yg namanya conveyor belt, bagasi hanya ditumpuk di bawah papan bertuliskan ‘bagasi’.  meski bandaranya kecil dengan kapasitas tampung yang terbatas tentunya, Bandara Betoambari cukup ramai. setidaknya dalam sehari bisa 3-4 kali keberangkatan dan kedatangan. satu diantaranya adalah penerbangan dari dan menuju wakatobi, daerah kepulauan yang terkenal seantero jagad utamanya bagi para penyelam sebagai surganya snorkeling dan diving.

pertama kali melihat wajah om setelah sekian lama rasanya sungguh tak terkira. kegembiraan dan kebanggan menjadi satu. gembira sudah pasti karena aku sudah lama tidak bertemu om. bangga karena dari cerita2 yang disampaikan nyokap selama ini, om adalah seorang perantau yang ikhlas menjalani hidup merantau di sebuah kota kecil. Jangan samakan kota kecil di pulau Jawa dengan kota kecil di pulau Sulawesi karena perbedaannya jauh dari segi pembangunan. Bisa dibayangkan bau-bau di awal tahun 90an, minim fasilitas publik. jaringan telekomunikasi saja masih mengandalkan kantor pos baik untuk surat menyurat maupun pengiriman dan penerimaan uang dengan wesel pos. aku ingat suatu waktu nyokap mengirimkan telegram kepada om ketika papi sakit. ya telegram. surat penting dan mendesak berisi beberapa bait kata saja seperti, “papi sakit. cepat pulang”. di masa seperti itu om bisa menikmati menjalani kehidupannya tanpa keluhan sama sekali. beda lah dengan cerita beberapa senior dan kawan yang ketika ditempatkan di luar pulau jawa tak lama kemudian segera mengurus surat pindah untuk dapat berkantor di kota-kota besar di jawa. alasannya pada umumnya sama, ga mau kalau ditempatkan di luar jawa, susah ngapa2in ga ada hiburan dan gak bisa keman-mana. ahh masak sih., jaman sudah canggih dengan era telpon selular dan internet serta transportasi memadai kok. memikirkan itu semakin menambah kebanggan pada omku yang satu itu.

perjalanan ke rumah om hanya sekitar 10 menit dan melewati kantor taman nasional wakatobi. waktu itu aku berharap punya kesempatan untuk mampir ke wakatobi, menyaksikan sendiri keindahannya.

kota yg biasanya berada di dekat laut cenderung lebih hangat. tapi dibau-bau suhunya cool and fresh, mungkin karena topografinya yang berbukit-bukit yang membuat suhunya menjadi menyenangkan terutama bagi aku yang dua tahun belakangan ini berada di daerah sangat hangat karena tepat berada di garis khatulistiwa.

sore harinya aku diajak om melihat pekarangan belakang rumahnya. pekarangan sebenarnya sih tidak luas sama sekali, tapi yg dimaksud disini adalah beberapa rumah-rumah tetangga, jalan setapak melalui hutan kecil dan tebing menuju laut yang hanya berjarak beberapa menit dari rumah dengan berjalan kaki.

tepat di atas tebing, ada satu rumah beratapkan genteng warna merah tegak berdiri. om mengajak mampir, rupanya itu adalah rumah kawan om yg juga seorang guru. sungguh rumah yang membikin tajkub karena pekarangan belakangnya adalah laut dan setiap kali matahari bersinar  tanpa dihalangi awan, maka tiap kali itu pula pemandangan matahari tenggalam menjadi pelengkap hari. “om punya sampan kecil di bawah, kalau mau makan ikan tinggal turun mancing. biasanya mancing tiap pagi sebelum berangkat mengajar” tutur kawan om sambil tersenyum. “wuih asiknya..” jawabku. ‘”tapi kalau musim angin barat, anginnya bisa kencang sekali sampai bunyi-bunyi itu semua jendela rumah” kali ini om ku menambahkan. “iya, jadi suasananya seperti di film-film toh” sambung si kawan om tak mau kalah. kami tergelak bersama.

dalam perjalanan kembali ke rumah, om bercerita. “om termasuk beberapa orang yang pertama disini, jadi bisa pilih lokasi untuk bangun rumah dimana". “kenapa om tidak pilih lokasi rumah di atas tebing tadi? kan asik bisa punya pemandangan keren tiap hari" tanyaku. “eh, jangan anggap remeh itu angin barat, kalau terjadi badai bisa bahaya. maka dari itu harus ada jarak antara tepi laut dengan kawasan perumahan. lagipula rumah kalau persis di atas tebing seperti itu resikonya bukan cuma angin barat tapi juga ketersediaan air tawar.  klo soal pemandangan tidak usah khawatir, di bau-bau ini kita jalan sedikit saja sudah dapat banyak, tinggal pilih" jelas om.


"dulu disini banyak babi hutan berkeliaran. sekarang juga masih ada cuma karena sebagian hutannya sudah dibuka mungkin dia juga berkurang jumlahnya" cerita om sambil kami berjalan menyusuri jalan kecil  yang melintasi sedikit hutan yang tersisa. tadinya orang-orang suka marah karena tanamannya seperti ubi jalar tidak ada yang jadi, dirusak sama babi hutan. makanya sampai mereka mau bunuh kalau ada babi yang masuk ke pekarangan. tapi om cegah. om kasih tahu, dari mana datangnya kalimat 'membabi buta'? kalau babi ditembak atau dijerat trus tidak mati maka habis lah kita. makin ganas dia merusak sana-sini, manusia juga bisa dia serang. tidak usah diganggu biar babi hutan itu tetap takut sama manusia. kita perbaiki cara  kita menanam supaya pada akhirnya babi itu pergi sendiri karena tidak dapat makanan dari sini". aku manggut- manggut mengiyakan. dalam hati kuberkata, “mantapp.. si om ini padahal puluhan tahun fokus belajarnya kimia tapi penjelasan dan prakteknya sesuai dengan teori yang aku pelajari saat kuliah. dua jempol deh buat om! :D

Friday, September 24, 2010

You Are Nobody Till Somebody Loves You

tau lagu ini dari blog kawan dan liriknya lagunya langsung mbikin aku suka! 
You Are Nobody Till Somebody Loves You
by Dean Martin



You’re nobody ’til somebody loves you
You’re nobody ’til somebody cares.
You may be king, you may possess the world and it’s gold,
But gold won’t bring you happiness when you’re growing old.
The world still is the same, you never change it,
As sure as the stars shine above;
You’re nobody ’til somebody loves you,
So find yourself somebody to love.
The world still is the same, you never change it,
As sure as the stars shine above;
You’re nobody ’til somebody loves you,
So find yourself somebody, find yourself somebody,
Find yourself somebody to love.

Saturday, September 4, 2010

ketika keberangkatan pesawat ditunda

aku rasa hampir semua orang akan mengeluh pada waktu yang bersamaan ketika mengetahui pesawat yang akan ditumpangi mengalami keterlambatan. entah terlambat dari rute sebelumnya atau karena pemeriksaan mesin dan kelengkapan pesawat yang memakan waktu lebih lama. 

malam ini aku dan bersama banyak penumpang lain seharusnya sudah berada di udara menuju jakarta. seharusnya.., tapi karena pesawatnya tertunda., terjadilah pemandangan seperti yang dihidangkan oleh media-media tv menjelang libur lebaran. orang-orang dengan berbagai warna baju, beragam wajah, tumplek di ruang tunggu. entah karena penjagaan yg semakin longgar atau merasa kesal karena penundaan keberangkatan, ruang tunggu yang semestinya bebas asap rokok sekarang sudah dipenuhi kabut asap. asap apa lagi kalau bukan dari satu dua dan puluhan batang rokok yang tersulut. kalau sudah gini, orang2 perokok pasif seperti aku ini yg jadi korban., menghirup udara yg sudah terkontaminasi. anehnya para petugas yg ada kok cuek bebek dengan kondisi ini?!

beberapa orang tampak berbaring tidur, memanfaatkan fasilitas kursi ruang tunggu yang memang memungkinkan untuk merebahkan badan, terlebih karena jumlah penumpangnya sudah tidak seramai sejam yang lalu. 

hmmm.... kalau aku sedang di bandara changi atau bandara besar lain, mungkin tidak akan sepayah ini nunggu  pesawat yang tertunda. yg ada mungkin malah semangat karena itu berarti bisa punya waktu lebih untuk jalan-jalan mubeng2 keliling bandara., yuhuuuu.... 
udah gitu, bakalan dikasih voucher makan jadi kita bisa milih mau makan dimana terserah, jadi bisa disesuaikan dengan selera kita.

tapiii.., aku ni lagi di bandara pekanbaru. bandara di tengah kota dengan fasilitas ala kadarnya. memang untuk tempat keberangkatan dan kedatangan saja. bandara ini tidak didesign sekaligus sebagai tempat transit yang nyaman, tempat wisata, maupun perbelanjaan. 

jadi., kalau ada yang kejebak dengan situasi spt yang aku alami saat ini, paling baik ya coba menikmati saja. toh dibandara yang bernama sultan syarif qasim ini menawarkan free wi-fi, fasiltas yang di bandara soekarno hatta saja tidak tersedia dengan gratis.  :-)