Pages

Saturday, December 3, 2016

Hamil dan Bekerja

Sebelum saya dan suami menikah, kami telah merencanakan untuk segera punya anak, mengingat kami berdua juga sudah berumur kepala 3.  Alhamdulillah keinginan dan rencana kami direstui oleh Yang Maha Kuasa.  Setelah menikah dan haid pertama pasca menikah tuntas, saya dinyatakan positif hamil. Oiya karena bidang pekerjaan saya mengharuskan saya banyak di lapangan, keluar masuk hutan, sebelum menikah saya mengusulkan kepada pasangan untuk melakukan Tes Pra Nikah atau Pre-Marital Check-Up, tujuannya untuk mengetahui kondisi kesehatan kami berdua, terutama saya yang selain kerjanya di hutan, juga punya peliharaan kucing di rumah. Dari kecil saya memang pelihara kucing, bahkan semasa masih tinggal di Pekanbaru, saya pernah punya 13 ekor kucing sekaligus! hihi.. rame. Nah, saya agak khawatir pekerjaan dan peliharaan saya telah membawa pengaruh negatif yang tidak saya ketahui bersemayam di tubuh saya dan berpotensi memberi dampak kepada anak saya nanti. Saya dan pasangan melakukan pre marital check-up sekitar 3 bulan sebelum kami menikah, ini untuk mengantisipasi jika ternyata ada masalah dengan kondisi kesehatan kami, terutama saya, maka ada waktu 3 bulan untuk melakukan pengobatan. Di saya sendiri terutama untuk hasil TORCHnya, ditemukan beberapa infeksi tapi Dokter Ginekologi (Obgyn) menjelaskan ke saya bahwa status infeksinya sudah lampau jadi tidak ada yang perlu saya khawatirkan, tidak perlu ada pengobatan apapun, cukup jaga kondisi dan InsyaAllah sehat untuk punya anak, Alhamdulillah. Untuk cerita lengkap tentang tes ini, sila cek tulisan suami saya disini.

Nah, kembali ke judul postingan, hamil dan bekerja. Ya, saya masih aktif bekerja di sepanjang kehamilan saya. Begitu dinyatakan positif hamil (usia kehamilan 5 minggu) saya minta saran ke Obgyn cara menjaga kehamilan karena minggu berikutnya saya harus ke lapangan; masing-masing ke Jambi dan Kalimantan Timur. Kebetulan ada calon donor dari Perancis yang akan melakukan scooping (penilaian awal) terhadap proyek kami sehingga ini adalah Perjalanan Dinas yang agak sulit saya tinggalkan. Obgyn nya mengatakan, pada umumnya ibu hamil disarankan untuk tidak bepergian jauh (dengan pesawat terbang) ketika kehamilan di bawah 13 minggu dan setelah 30 minggu karena kedua masa itu adalah masa rentan bagi kehamilan. Tapi jika perjalanan tersebut tidak dapat dihindarkan, oleh Obgyn saya diberi vitamin penguat kandungan (saya lupa merknya) dan vitamin folic acid (merk Folamil Genio) yang harus saya konsumsi masing-masing 1 tablet/hari. Saya juga diminta untuk minum air putih yang banyak dan tidak membatasi makanan, kecuali makanan setengah matang/tidak matang dan yang dibakar yang harus dihindari.

Selain bekal vitamin dan nasihat dari Obgyn, saya juga googling untuk persiapan perjalanan dalam kondisi hamil muda ini. Beberapa hal yang saya peroleh dan praktikkan adalah:
1. Memilih tempat duduk (dalam pesawat) di bagian sayap di koridor. Bagian ini adalah bagian dengan guncangan paling kecil dibanding bagian lainnya.
2. Banyak minum selama perjalanan di pesawat
3. Konsumsi kurma sebanyak 3-4 buah/hari

Sekembalinya saya dari lapangan, saya segera cek kandungan lagi ke Obgyn. Deg2an juga karena saat berada di Kaltim, sempat keluar darah saat saya buang air kecil, tidak banyak sih tapi tetap bikin khawatir ya. Saya pun langsung googling dan hasilnya flek atau darah yang keluar saat hamil muda dapat dikarenakan dua hal: pertama itu adalah indikasi bahwa terjadi proses perlekatan sel telur yang dibuahi oleh dinding rahim, artinya ini hal positif yang menandakan kehamilan dan tidak berbahaya. Hal kedua dan yang harus diwaspadai adalah ketika keluar darah yang banyak atau disertai kram perut karena merupakan indikasi keguguran, hamil anggur, atau kehamilan ektopik. Lebih jelasnya bisa cek disini.

Alhamdulillah hasil periksa menyatakan kondisi kandungan saya baik, usianya masuk 7 minggu. Beberapa hari berikutnya saya malah yang terkapar, batuk dan flu berat melanda. Jadilah saya minta izin dari kantor untuk istirahat di rumah. Awalnya hanya izin 2 hari namun karena tidak kunjung membaik, saya periksa ke Dokter jaga di bagian IGD, selain diberi obat, saya juga diberi surat keterangan sakit untuk 3 hari, jadilah saya istirahat di rumah selama seminggu penuh.

Sedikit tentang obat flu dan batuk saat hamil: ketika periksa, saya dan suami sudah menginformasikan ke Dokter bahwa saya sedang hamil 7 minggu, jadi mohon diberi obat yang aman saya konsumsi. Waktu itu saya belum punya nomor telpon Obgyn saya jadi tidak bisa berkonsultasi ke beliau. Karena merasa sudah menginformasikan kehamilan saya ke Dokter tersebut, saya merasa aman saja dengan 3 jenis obat yang diberikan. Ketiga obatnya sudah sempat saya konsumsi satu kali sebelum saya iseng untuk membaca kandungan obat dan kontradiksinya dan jeng..jeng... ada satu obat yang jelas tidak dianjurkan untuk kehamilan muda, sedang dua obat lainnya ketika saya telusuri informasinya di internet hasilnya adalah masih pro kontra terkait keamanannya untuk kehamilan tapi lebih banyak menyarankan untuk tidak dikonsumsi. waduh! langsung panik, telp suami, suami telp RS dan komplain! obatnya pun saya singkirkan dan saya fokus untuk makan dan istirahat saja untuk menaklukkan flu dan batuk yang melanda. Pelajaran juga sih kalau harus membiasakan membaca kandungan dan kontradiksi obat sebelum obatnya dikonsumsi ya bukan setelah!

Biasanya saya rutin tiap bulan ke lapangan, 10-12 hari di Jambi dan 7-8 hari di Kaltim. Berhubung hamil muda dan perjalanan dinas regular termasuk tidak urgent jadi saya menunggu sampai masa rentan lewat untuk ke lapangan. Masuk kehamilan minggu 14 baru saya ke lapangan lagi tapi dengan durasi yang lebih singkat dari biasanya, masing-masing hanya 5 hari. Sebelum berangkat pun saya periksa ke Obgyn dulu untuk tahu kondisi saya dan janin. Sayangnya Obgyn yang biasa menangani saya sedang tidak masuk praktik, akhirnya saya periksa ke Obgyn lain yang tersedia saat itu. Kondisi saya dan janin OK dan mengetahui saya akan melakukan perjalanan, obat/vitamin yang diresepkan oleh Obgyn kedua ini ternyata banyak banget, ada 5 jenis termasuk obat penguat kandungan yang dimasukkan lewat vagina. Haduh! selama ini saya hanya konsumsi folic acid, obat/vitamin penguat kandungan yang pernah diberikan oleh Obgyn pertama saat kehamilan 5-6 Minggu dikonsumsi lewat mulut, baik-baik saja semua, padahal saat itu malah masa yang rentan. Justru di masa yang aman ini malah dikasih obatnya banyak banget. Mungkin Obgyn nya khawatir kali ya jadi maunya mengantisipasi dengan maksimal. Toh Obgyn yang ini juga baru periksa saya kali pertama, beda dengan Obgyn yang satu lagi yang tahu riwayat kandungan dan fisik saya sejak hamil 5 Minggu.

Karena merasa tidak nyaman dengan sebagian obat yang diberikan, saya hanya konsumsi 2 dari 5 jenis obatnya, Prolacta DHA dan satu lagi untuk kalsium kalau tidak salah. Obat yang untuk penguat kandungan (dikasih 2 jenis) tidak saya konsumsi sama sekali. Prinsip saya, saya harus nyaman dan yakin dengan obat yang dikonsumsi, jika tidak obatnya ga akan ada pengaruhnya ke saya. Syukur tanpa mengkonsumsi 2 jenis obat penguat kandungan itu, kondisi saya baik dan janin saya aman selama dan setelah perjalanan dinas. Saya terus melakukan kunjungan lapangan ke Jambi dan Kaltim secara bergantian hingga usia kehamilan 6 bulan. Sebenarnya saya masih ingin terus ke lapangan selama masih bisa dan diperbolehkan terbang, namun dari GM HRD meminta saya untuk tidak ke lapangan lagi. Terakhir kami ketemu pas di site Kaltim dia memang heran sih lihat saya masih ke site, masih ke hutan.

Saya termasuk beruntung dengan kondisi kehamilan yang tidak banyak keluhan. Mulai dari awal kehamilan hingga menjelang melahirkan, hamil tidak menghalangi saya bekerja dan berkegiatan di lapangan. Kalaupun ada keluhan, hanya ketika saya flu berat di trimester 1 dan trimester 3, selebihnya aman. Saya pernah baca bahwa wanita dengan fisik yang baik, biasanya pada saat hamil akan lebih sedikit mengalami mual dan muntah, kram, pusing, cepat lelah, tidak ada nafsu makan, keluhan-keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil terutama di trimester pertama. Dan saya memang tidak mengalami sebagian besar keluhan-keluhan itu, kecuali mual, itupun hanya mual ringan. Ternyata jalan-jalan saya di hutan selama sekian tahun ini membantu saya memiliki fisik yang kuat! alhasil hamil pun tidak ada kendala berarti. Ayo ibu-ibu yang ingin dan sedang rencana hamil, perkuat fisik ya, rajin olahraga dan kurangi makan gorengan! fisik kuat, hamil sehat, kerja nyaman 😄




Sunday, October 9, 2016

Menikah di Makassar: Ulasan Vendor Venue

Tanggal 5 Mei 2016 lalu saya telah menikah dengan laki-laki pilihan saya, namanya Cipu. Pernikahan kami dilangsungkan di kota kelahiran saya yaitu di Ujung Pandang atau Makassar, Sulawesi Selatan. Berhubung ibu saya masih lumayan dominan darah Minangkabaunya, maka pernikahan, setidaknya resepsi anak-anak Ibu selalu memakai adat Minang.


Pernikahan adat Minang ataupun Bugis cukup populer mengingat kedua suku ini cukup luas gaungnya di Nusantara. Namun yang saya ingin ceritakan disini adalah pengalaman saya mulai dari pesan undangan, tempat, baju pengantin, dll di Makassar. Saya mulai dengan venue alias tempat resepsi ya.

Seandainya saya berada di Makassar mungkin akan lebih mudah ya untuk mengatur segala keperluan menikah. Sayangnya baik saya dan pasangan sama-sama bekerja di Jakarta, sehingga kami harus bisa mengatur keperluan menikah kami dari Jakarta. Mengapa mengurus sendiri? alasannya karena saya pernah berjanji kepada ibu saya bahwa ketika saya menikah, saya tidak ingin kedua orangtua menjadi repot; repot ngurus ini itu dan terutama repot soal biaya!


Saya sempat kesulitan mencari tempat atau venue tempat resepsi. Coba cari-cari referensi dari blog walking, ngulik2 Bridestory dan Bridedept, tetap juga tidak mendapat informasi yang cukup untuk saya dan pasangan memesan ini dan itu dari Jakarta. Beberapa hotel di Makassar seperti Hotel Grand Clarion, Hotel Horison, Hotel Aston biasanya menyediakan Paket Wedding. Namun bagi kami yang tak kalah penting tentunya adalah membaca pengalaman atau ulasan dari para pengantin yang telah menggunakan venue tersebut. Sayangnya mencari ulasan-ulasan itu sungguh sulit. Apakah para pasangan yang menikah di Makassar jarang menuliskan pengalamannya atau karena tidak sempat saja?

Anyway, saya dan pasangan mulai mencari beberapa calon vendor dengan cara:
1. Cari di google, tentu saja, dengan kata kunci, "paket wedding di Makassar".
2. Dari mesin pencari google yang paling banyak ketemu adalah berita tentang event wedding package expo.
3. Di Makassar ternyata wedding package expo hampir setiap tahun ada dan yang paling sering jadi host atau pihak penyelengara adalah Hotel Makassar Garden.
4. Saya bertugas mencari kontak informasi hotel, Cipu bertugas menghubungi hotel-hotel tersebut untuk mendapatkan informasi tentang paket wedding yang mereka miliki.
5. Pengecekan secara langsung ke vendor-vendor hotel kami lakukan ketika kami di Makassar untuk acara lamaran.

Syarat yang kami tetapkan untuk setiap venue yang kami nilai potensial adalah:
1. Lokasi strategis - dapat dijangkau oleh kendaraan umum maupun pribadi dan tersedia tempat parkir.

2. Hotel vs Gedung Serbaguna. Lebih pilih Hotel karena durasi pemakaian bisa lebih lama dibanding Gedung yang rata-rata maksimal 3 jam saja. Kelebihan Hotel yang lain ada lobby yang dapat dipakai untuk ruang tunggu sebelum masuk ke ballroom nya. Juga biasanya mereka ngasih kamar gratis untuk pengantin dan keluarganya. Alasan terakhir lebih milih hotel dibanding gedung karena ibu saya lebih suka kalau acaranya di hotel, katanya sih AC nya lebih dingin, hahah.


3. Ballroom terletak di lantai dasar dan cukup lega untuk menampung tamu 400-500 undangan agar tidak menyulitkan orang tua atau tamu yang harus menggendong anak atau kesulitan berjalan, dan tamu semuanya dapat kesempatan untuk duduk, artinya vendor harus menyediakan kursi yang cukup banyak agar tamu tidak perlu berdiri terutama ketika makan. Saya kurang setuju jika makan dilakukan sambil berdiri, terlebih agama yang saya anut juga mengajarkan bahwa makan sebaiknya dilakukan sambil duduk. Lagi pula saya kasihan lihat orangtua atau anak-anak yang harus makan sambil berdiri, apalagi kalau ada yang harus sampai melantai karena tidak kebagian tempat duduk.. duh (kebetulan pernah melihat adegan ini di salah satu acara resepsi yang saya hadiri).

4. Harga: budget kami adalah Rp. 100-120ribu per pax all in one. Artinya biaya sewa gedung, dekorasi, makanan, kursi, musik/hiburan, pajak, dll sudah termasuk dalam biaya paketnya. Pertimbangan kami kenapa pilih paket all inclusive karena saya dan pasangan tidak selalu ada di Makassar jadi tidak punya keleluasaan waktu untuk ngecek dan pilih ini itu. Dengan kisaran budget yang kami sediakan itu, kami cukup tahu diri untuk tidak mengecek Hotel-Hotel yang masuk kategori high class atau bintangnya banyak seperti Hotel Aryaduta/Horison, Novotel, dan Clarion. 

5. Tersedia fasilitas untuk akad nikah tanpa biaya tambahan atau ada biaya namun minimalis.
Saya inginnya akad nikah dan resepsi dilakukan di venue yang sama, sehingga menghemat biaya, hemat waktu tempuh dari Sungguminasa (rumah orangtua) - venue (perjalanan jika lancar 20-25 menit), juga hemat tenaga. Pertimbangan saya jika akad nikah diadakan di rumah, seperti kebanyakan akad nikah diadakan di rumah orangtua calon perempuan; selain harus menyiapkan dekorasi, makanan, izin keramaian, dll., juga musti siap2 beberes setelah acara selesai. Untuk biaya masih bisalah ditanggulangi, tapi yang saya sangat hindari adalah urusan repot dan stress nya kedua orangtua saya pra dan pasca acara. Orangtua saya belum setuju dengan ide menggabungkan akad nikah dan resepsi di tempat resepsi, terutama ibu yang memegang prinsip bahwa akad seyogyanya dilakukan di rumah orangtua pengantin perempuan.


Venue:
#1. Hotel Makassar Garden
Pros: 
+ Lokasi: Hotel ini terletak di pinggir pantai losari. Setiap lewat pantai losari pasti akan melewati Hotel ini dan mudah diidentifikasi serta mudah diingat karena atap rumah tongkonan yang sangat khas. Dari sisi lokasi Hotel ini cukup strategis dan akan mudah untuk ditemukan sekalipun bagi pendatang atau orang-orang yang tidak tinggal di Makassar.
+ Harga Paket Wedding: Dari sisi harga juga masih masuk ke budget kami. Mereka menawarkan tiga pilihan; Paket Crystal,  Paket Ruby, dan Paket Royal Wedding. Kami juga dikirimkan beberapa foto dari acara pernikahan yang telah dilangsungkan di Hotel ini.
- Kemudahan komunikasi: Yang kami suka dari Hotel ini adalah pihak marketingnya sangat responsif. Cipu cukup telepon sekali dan komunikasi seterusnya dilakukan via email.
Cons: 
- Tampilan luar dan dalam Hotel: Dari luar kondisi hotelnya tampak sedikit menyedihkan; minim tanaman, tampak ada sampah, plang hotel dalam kondisi sudah saatnya diganti, teras dan pintu masuk hotel tanpa dijaga bellboy, serta area parkir kendaraan tamu sangat terbatas. Di bagian dalam, warna interiornya kurang memberi semangat, pun lampu juga tidak banyak sehingga terkesan sedikit redup. - Ballroom terletak di lantai 2 yang hanya bisa diakses melalui tangga: Untuk menuju ke ballroom hanya ada tangga. Jadi kepikir kalau tamunya orang tua dan sudah sulit untuk jalan, kasihan dong kalau harus naik tangga.
- Parkir tersedia di halaman Hotel, namun tampaknya tidak dapat menampung banyak dan selebihnya akan menggunakan sisi/bahu jalan umum. 
Keputusan kami: cari vendor lain. Ayah dan Ibu saya yang turut menemani kami mengecek venue juga tidak merekomendasikan hotel ini.

#2. Hotel Singgasana
Pros:
+ Lokasi: Hotel ini terletak di Jl. Kajaolalido, dua blok dari Pantai Losari, satu blok dari pusat oleh-oleh Sombaopu. Dari Hotel ke Pantai cukup jalan kaki kurang lebih 5-7 menit. Lokasi termasuk cukup strategis dan tidak sulit untuk ditemukan, baik yang tinggal di Makassar maupun pendatang. Hotel ini sebelumnya bernama Hotel Marannu City dan setelah dilakukan renovasi oleh pemilik baru, namanya pun berganti menjadi Hotel Singgasana. Parkir ada di halaman Hotel dan mereka bisa extend ke halaman parkir gedung sebelah jika acara dilakukan pada hari libur. 
+ Harga Paket Wedding: awalnya kami hanya mendapatkan harga paket Tahun 2015 sedangkan harga 2016 belum diluncurkan (kami survei bulan Januari) dan kebetulan Tim Marketing mereka sedang ada acara di luar. Tapi tidak mengapa, staff hotel yang menemani kami kala itu memberikan informasi yang cukup jelas kepada kami. Untuk harga kami diminta mengantisipasi kenaikan Rp. 10ribu-15ribu per pax untuk ketiga paket yang mereka tawarkan: Prince, Queen, dan King. Untuk menu, fasilitas paket dan harga yang ditawarkan, masih masuk ke dalam budget kami.
+ Ballroom terlelak di lantai dasar jadi tidak perlu naik tangga atau antri lift/elevator. Lokasinya yang tepat disisi kolam renang memberi nilai plus karena layout ataupun dekorasi bisa diatur sedemikian sehingga kolamnya menjadi bagian dari layout venue nya.
Cons:
- Sebelum kami cek lokasi langsung, kami ndak nemu kontak email untuk dapat informasi awal. Sayang juga sih di era serba online malah belum dimanfaatkan maksimal. Mungkin client lokal sudah cukup menguntungkan kali ya, hehe.
- Untuk pilih dekorasi tidak bisa lewat Hotel namun kami harus diskusi langsung dengan vendor dekorasi yang bekerja sama dengan Hotel, jadi ya tetap saja ada perlu melakukan trip ke tempat vendor dekorasi ini. Kebetulan wowo (kakak sepupu ibu) meminjamkan beberapa peralatan dekorasi pernikahan Minang, termasuk tabir atau kain background, dan kami ingin memakai ini karena yang pertama tabirnya cakep banget, kedua di pilihan dekorasi tidak ada pelaminan Minang yang ada hanya pelaminan Bugis, Makassar atau Modern, ketiga tidak ada vendor dekorasi Minang di Makassar. 
Keputusan kami: Masuk daftar potensial venue

#3. Hotel Aston
Pros:
+ Lokasi: Di Makassar, salah satu daerah konsentrasi hotel dan penginapan adalah di sekitar Pantai Losari. Sangat masuk akal ya karena Pantai Losari adalah sebagai tempat wisata, tempat niaga dan tentunya tempat kuliner. Hotel Aston di Makassar termasuk hotel yang baru berdiri 5-10 tahun belakangan, tahun persisnya saya juga tidak tahu, jadi dari sisi bangunan masih fresh.
+ Harga: Untuk paket wedding, harga terendah yang mereka tawarkan adalah Rp. 118ribu per pax, juga masuk dalam budget kami.
Cons:
- Parkir: karena halaman Hotel tidak besar maka parkir sebagian besar di basement dan sisanya di sisi/bahu jalan.
- Venue untuk wedding terletak di lantai 18 sehingga harus diakses dengan lift atau elevator. Yang jadi PR adalah ngantri lift nya, pastinya ga sebentar nunggu lift naik-turun ke lt 18.
- Dekorasinya minimalis, hanya di gerbang dan pelaminan saja, sisi kiri kanan dan langit-langit hanya memakai tirai hotel. Bisa saja sih full dekorasi tapi harga pastinya akan beda. 
Keputusan kami:  Coba cek hotel-hotel yang lain dulu

#4. Hotel Swiss-Belin Panakkukang
Pros:
+ Lokasi: Berbeda dengan ketiga hotel di atas, hotel ini tidak berada di seputaran Pantai Loasari, melainkan di daerah Panakkukang dan karena letaknya lebih dekat ke rumah dibanding hotel2 di Pantai Losari, jadi lah masuk kategori + untuk lokasi 😉. Cukup strategis untuk dijangkau karena daerah Panakkukang sudah cukup umum di telingi orang Makkassar. Bangunan Hotel juga masih gress.
+ Parkir: Parkirnya sudah tidak diragukan lagi tersedia banyak, baik di halaman Hotel maupun di parkir gedung sebelahnya yaitu Mall Panakkukang, tapi parkirnya ga gratis alias harus bayar, mungkin karena pengelola parkirnya menjadi satu bagian dengan Mall Panakkukang jadinya pake bayar deh.
+ Komunikasi: Hotel ini tidak masuk radar pengecekan awal sebelum kami berkunjung langsung, utamanya karena ya itu minim informasi hotel-hotel di Makassar yang menyediakan paket wedding beserta detailnya. Hotel ini boleh berbangga karena Staff Marketing nya menurut kami sangat antusias menjelaskan segala hal terkait paket yang mereka tawarkan
+ Ballroom: Ballroom terletak di lantai 1 jadi perlu naik lift/elevator tapi durasinya jelas ga selama kalau harus ke lantai belasan ya jadi masih OK lah menurut kami. Mereka punya dua tipe; satu tipe indoor dan satu lagi outdoor yang saling berdampingan. Jika jumlah tamu undangan cukup banyak, misalnya > 1000 maka keduanya bisa digabung. 
Cons:
- Dekorasi: Hotel ini kerjasama dengan 3 vendor dekorasi, masing-masing dengan paket harga berbeda. Untuk paket dengan harga termurah, dekorasi sama seperti di Hotel Aston, dekorasi hanya ada di Pelaminan dan gerbang masuk, selebihnya menggunakan tirai putih milik Hotel. Jika ingin dekorasi full maka ada tambahan harga, "kira-kira Rp 20 juta saja untuk full dekorasi" terang si staff Marketing sambil tersenyum.  Dia senyum kami yang manyun.
- Harga: Paket Wedding ditawarkan mulai dari harga Rp. 125 ribu /pax - Rp 225 ribu/pax. Kalau lihat daftar menu di paket termurah, kok rasanya sedih ya karena jumlahnya minimal banget. Pun dengan harga paket termurah pun sudah tidak masuk ke dalam budget kami.
Keputusan kami: lewat aja deh

#5. Gedung Islamic Center IMMIM
Pros:
+ Lokasi: Oke, di atas memang saya tulis lebih pilih Hotel dibanding Gedung serbaguna. Namun, oleh tante Cipu, kami juga diminta untuk mengecek gedung ini. Bagi yang bersuku Bugis/Makassar dan Muslim serta orang yang tinggal di Makassar secara umum, gedung IMMIM ini sudah tidak perlu dipertanyakan lah popularitasnya, sangat populer deh pokoknya! Letaknya di Jl. Jend. Sudirman yang merupakan salah satu jalan protokol di Makassar.
+ Harga: Kakak dan adik saya yang telah menikah tahun 2003 dan tahun 2011 sempat nargetin tempat ini sebagai venue resepsi mereka, tapi akhirnya mundur teratur karena harganya di atas budget yang mereka sediakan. Kebayang kan artinya gedung ini untuk upper Middle-High Class jadi meski harganya mahal tetap aja masuk gedung paling populer di Makassar. Tapi ternyata saat kami survey di Januari 2016 ini, harganya diluar dugaan kami, malah yang paling murah dibandingkan keempat hotel yang kami telah survey, tadinya kami kira harganya kurang lebih sama dengan hotel-hotel tadi. Tentunya ini berita baik buat kami karena masuk dalam budget dan juga sudah all inclusive dengan dekorasi full.

Cons:
- Gedung kecil: Jadi di IMMIM mereka membagi gedungnya menjadi 3; sebutannya gedung 1-3, dengan gedung 3 yang paling kecil ukurannya. Sayangnya hanya gedung 3 yang tersedia untuk tanggal acara kami, 5 Mei. Karena ukurannya yang paling kecil jadi keinginan kami untuk menyediakan kursi banyak tidak dapat diakomodasi, paling banyak jumlah kursi sekitar 70-80. Jika lebih dari itu maka ruang geraknya semakin terbatasi. Si Ibu Haji berupaya meyakinkan kami bahwa  gedung 3 ini sangat pas untuk jumlah tamu undangan 500, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. "Sebagian besar tamu ta' nanti berdiri, kan begitu mi yang trend sekarang toh, standing party namanya" terang Si Ibu Haji. Wah sayang kami kurang sepakat dengan pendapat Ibu Haji. Apa yang menjadi trend belum tentu baik atau sesuai dengan ajaran agama kami.
- Parkir: yang sering menjadi keluhan orang-orang yang menghadiri resepsi disini adalah lahan parkir yang minim. Kata ibu saya malah terakhir beliau ke sana, buat nyari parkir saja 10 menitan, dan ga dapat yang dekat dengan gedungnya, harus jalan lagi, tentunya ini peer kan buat yang pakai sepatu/sendal high heels. 
- Kelurga kurang sreg: Terutama dari sepupu2 yang seumuran dengan Cipu, pada kompakan minta untuk acara kami jangan di IMMIM dengan alasan mereka sudah bosan dan perlu suasana baru. Nah ini nih alasan yang paling valid, hehe.
Keputusan kami: coret

Selain kelima venue di atas, kami juga sempat cek Hotel Ibis, namun Hotel Ibis yang di Makassar belum menyediakan Paket Wedding. Teman Cipu, Marlisa, juga sempat cek ke Hotel Santika, tapi harga paketnya terlalu mahal bagi kami, Rp 250ribu/Pax.

Akhirnya kami pilih Hotel Singgasana sebagai tempat atau venue resepsi kami. Alhamdulillah dari segi harga dan pelayanan memuaskan.  Malah dari harga yang kami bayar, kami dapat tambahan bonus, seperti kamar untuk keluarga dari 1 menjadi 2 dan untuk 2 malam. Untuk makanan yang kami bawa sendiri, dikenai charge tarif lama belum tarif baru. Untuk menu pondokan, ibu dan tante2 saya menyiapkan coto makassar, sate padang dan menu satu lagi saya lupa, pokoknya kuliner khas Sulawesi atau Minang gitu deh. Ibu saya akhirnya setuju akad digabung dengan resepsi, jadi akad nikah kami jam 10 pagi dan setelahnya lanjut resepsi sampai jam 3 sore. Oiya, untuk akad kami tidak perlu nambah biaya apapun. Untuk makanan pas akad, diambil dari makanan resepsi sekitar 50 pax. Jadi dengan budget < 65 juta, sudah untuk akad dan resepsi dengan detail: ruangan/ballroom, makanan, dekorasi full, musik/hiburan, buku tamu, parkir gratis, ruang tunggu mempelai perempuan (saat akad hanya mempelai laki-laki yang berhadapan dengan penghulu/imam dan wali perempuan), parkir, dan pajak.

Semoga ulasan ini membantu para calon/keluarga calon pengantin yang sedang mencari venue pernikahan di Makassar.