Pages

Sunday, February 6, 2022

Berbagi di UlangTahun Kei

Dalam dua minggu kedepan, Kei, akan berumur 5 tahun. Di 4 tahun sebelumnya, ulang tahun Kei tidak pernah kami rayakan dalam bentuk acara ulang tahun anak-anak pada umumnya; tidak ada kue ultah, juga tidak ada paket bingkisan isi cemilan yang dibagikan ke teman-teman Kei. Karena tidak pernah ada acara ultah untuk Kei, jadinya tidak pernah ada foto ultah Kei, sama halnya baik Kei dan kami tidak pernah menyanyikan lagu ulang tahun di hari kelahiran Kei. Alasannya sederhana saja, karena me-acarakan ulang tahun anak itu sudah terlalu umum alias mainstream. Sebagai orangtua penganut aliran "sebisa mungkin anti mainstream", tentu acara-acara seperti itu kami hindari. Nanti setelah Kei tahu apa artinya ulang tahun, dia dapat merayakannya sesuai dengan keinginannya (Kalau masih dalam tanggungan kami, harus dengan 'syarat & ketentuan'; kalau sudah dewasa, he can do whatever he wants as long he understands the costs & consequences). 

Satu-satunya yang kami lakukan secara rutin di hari ulang tahun Kei adalah berbagi ke orang terdekat di rumah kami yang kontribusinya sangat membantu kehidupan kami bertiga. Di tahun ini, selain tetap melakukan hal rutin tersebut, saya dan daddy nya Kei sepakat untuk menjual barang-barang kesukaan kami untuk dibelikan perlengkapan sekolah; buku, sepatu, tas sekolah dan dibagikan ke komunitas baca di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Semua barang-barang tersebut tentunya karena bekas atau bahasa populernya 'preloved' harganya disusutkan menjadi 10-30% dari harga belinya. Seandainya situs ebay di Indonesia se terkenal di Amrik sana, saya lebih senang dengan metode lelang. Namun karena tidak demikian adanya, jadi kami menggunakan Tokopedi@. 

Barang-barang yang kami jual adalah: 

1. Tas kulit merk FOSSIL 

Tas ini salah satu barang kesayangan saya. Beli waktu sekolah di Inggris di tahun 2013. Untuk belinya juga saya harus naik bus sekitar 1 jam dari kota tempat saya tinggal. Saya sudah lama kepengen punya men's bag berbahan kulit warna coklat karena kelihatannya so vintage dan I am a fan of vintage look. Harganya beli udah sih persisnya berapa, sekitar 200an poundsterling lah. Setelah punya tas itu rasanya senang banget sampai ke langit meski 2 minggu berikutnya saya harus ekstra ekstra ekstra hemat karena belanja tas itu telah menguras isi rekening saya yang bergantung hanya pada satu sumber, yaitu beasiswa. 

If you are a fan of vintage leather bag, you might want check my bag yang ditawarkan di halaman ini. Harganya kami tawarkan Rp 789 ribu (sekitar 24% dari harganya saat beli). Untuk look nya kira-kira  mirip dengan tas FOSSIL tipe Greenville Cognac ini, beda di kepekatan warna coklatnya dan tampilan bagian muka. 




2. Sepatu Pesta heels merk Paulina + bonus sepatu open toes merk Elle

Sepatu untuk pesta ini sejak dibeli hanya 1 kali saja saya pakai yaitu saat menikah, haha. Jadi praktis saya tidak punya banyak histori dengannya. Beda dengan sepatu yang juga tipe open toes merk Elle yang menjadi bonus ketika membeli sepatu merk Paulina saya. Sepatu Elle ini ketika dipakai membuat kaki saya tidak cantik terlihat cantik. Sayangnya setelah punya anak rasanya kaki saya sedikit membesar sehingga sepatu ini bagi saya sudah kurang nyaman kalau dipakai agak lama. Harga sepatu ini waktu beli tahun 2016 adalah 1jutaan dan 700an ribu (harga persisnya udah lupa juga). Sekarang kami tawarkan di harga 345ribu untuk kedua sepatu (~20% dari harga beli).













3. Tas selempang merk Crumpler

Kalau yang ini kesayangan suami. Kesukannya terhadap merk ini dimulai ketika kuliah di Melbourne. Ditawarkan di harga Rp 299 ribu atau hanya 17% dari harganya saat beli. Karena yang punya histori dengan tas ini adalah suami saya, jadi tidak banyak yang dapat saya ceritakan di sini. Yang jelas kondisi tasnya masih bagus bin kuat. Biasanya tas model seperti ini disukai oleh yang mobilitasnya dengan sepeda. 


4. Kacamata Matahari merk Ray Ban

Senang dengan kacamata ini karena tipe nya yang vintage look. Belinya di Pekanbaru khusus untuk keperluan jalan-jalan di luar hutan. Untuk jalan-jalan di hutan saya punya kacamata yang berbeda. Hahah gaya banget ya. Aslinya kacamata reben ini jarang saya pakai karena jalan-jalan saya kebanyakan di hutan plus penyangga hidungnya sering mlorot ketika hidung saya mulai basah karena keringat. Alasan sebenarnya lebih ke nomor 2 sih, ntar karena licin begitu ketika air atau memang hidung saya yang tingginya pas-2an. Memori paling berkesan dengan kacamata ini adalah waktu saya pakai untuk trip ke Gunung Rinjani, she made me look absolutely super cool 😎. Ditawarkan di harga Rp 245 ribu atau hanya 14% dari harga saat beli. 


Masih ada beberapa barang lagi yang akan kami tawarkan di Toko Kei Wheel, saat ini masih proses penyuntingan, hehe. Remember, if you like it, and you want to contribute to kids education, go grab the items fast! 

Sekali lagi semua hasil penjualan barang-barang akan sepenuhnya digunakan untuk membeli peralatan sekolah anak-anak yang tidak se-previlege saya, bapaknya Kei, dan Kei. Semoga ini menjadi berkah dan membantu Kei belajar dan selalu ingat bahwa berbagi membuat hidup lebih berarti. 


Monday, January 31, 2022

Tawaran kerja

Pagi tadi saya mengirimkan email penolakan tawaran kerja. Sejujurnya saya sedih mengirimkan email tersebut. Khawatir tidak akan ada lagi kesempatan berikutnya.  Kesempatan bekerja di lembaga international development telah datang 2x, dua-duanya dengan berat hati tidak saya ambil. Kalau sebelumnya karena kondisi saya yang lagi hamil, sekarang karena kondisi di tempat kerja yang kondisinya tidak bijak bagi saya untuk tinggalkan saat ini. 

Saya mikirin tentang tawaran kerja ini lama, bolak-balik, nimbang-nimbang semua pros dan cons. Nge-draft email juga bolak-balik, mastiin bahasanya se-halus dan se-sopan mungkin. Pas mau klik "send" baca Bismillah dalam hati keras-keras. Begitu selesai kirim emailnya, hati - jantung - se jari-jari tangan langsung lemes semua. Dalam hati saya hanya berharap, semoga ini yang terbaik. 

I am not staying because I am loyal to the company. I am staying because of my Boss. I am rooting for her and I want to see what is it at the end of the tunnel, or to be exact, at the end of the storm (hopefully the storm will end soon!). So yeah, basically we are bracing the storm together. Unfortunately,  for various and different reasons, we continue losing our team member one by one along the way. And this has made it even harder for me to add my name on the list. 

Semoga di masa depan, kesempatan ketiga itu datang kembali. Third time's the charm! *fingers crossed. 






Monday, January 24, 2022

Kasta Masker

Pandemi Covid19 sejatinya turut menambah panjang daftar kasta atau kelas diantara masyarakat, salah satunya adalah masker. Masker sebagai bagian dari protokol kesehatan alias prokes telah sangat akrab di kita, setidaknya di masyarakat jabodetabek sejak Covid19 mulai menerjang masuk ke Indonesia di bulan Maret tahun 2020. Seketika itu juga masker yang biasanya hanya dipakai orang-orang tertentu yang bekerja di rumah sakit, menjadi kebutuhan bagi semua masyarakat; semua umur dan semua golongan. Yang biasanya harga 10ribu dapat 2 lembar, tiba-tiba menjadi 200-300 ribu untuk 20-25 lembar, bahkan ekstrimnya harganya pernah hampir mencapai 400ribu sekotak isi 25 lembar. kebutuhan yang tiba-tiba membludak menjadikan masker menjadi benda yang sungguh berharga bagi setiap orang. 

Kini, setelah 2 tahun pandemi ini melanda, harga masker lebih 'normal' harganya dan dengan varian merk, bentuk, serta warna yang dapat dipilih, tentunya sesuai dengan kerelaan untuk membayar harga masker yang dipilih. Kalau sebelumnya ada merk Sens1 yang harganya paling premium untuk masker sehari-hari, sekarang ada merk P*kana. Ya, ampun saya naksir dengan masker anaknya yang tipe 3D tapi begitu lihat harganya saya patah hati, mahal betul. Kenapa sih beda harganya jauh banget dengan masker lain? kenapa sih produsen senang banget menciptakan kasta baru di kehidupan masyarakat? ini lho buat dipake sehari-hari, mana sekali pakai pun, kenapa tidak buat 1 standar saja dan dengan harga sama? kenapa kenyamanan dan proteksi lebih (2 ply vs 3 ply vs 4 ply) dalam masker hanya boleh dinikmati oleh orang-orang tertentu? ini kan situasi pandemi ya dan menurut World Bank ini akan berlangsung bertahun-tahun.  Kalau sebagian besar orang Indonesia mampunya beli masker yang kualitasnya masih tanda tanya, sama saja dong sebagian besar orang Indonesia tidak terlindungi dengan baik dan ini otomatis artinya resiko penularan juga ga akan turun-turun. 

Jadi tolong lah para produsen masker, jangan cuan terus yang dikedepankan. Ingat, ini situasi pandemi dan waktunya lama, jangan lah lagi perparah jurang sosial ekonomi yang sudah ada. Setidaknya mereka yang secara finansial memang tergolong miskin dan yang terkena imbas pandemi secara ekonomi (diberhentikan, pengurangan gaji, dll) tetap berkesempatan untuk mendapatkan masker yang nyaman, full protection, dan terjangkau. 

Jangan ada kasta masker diantara kita.