Pages

Sunday, January 7, 2024

Resolusi Tahun 2024: 40s to 40

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini tahun 2024 aku punya resolusi. Tahun ini menurutku memang spesial karena di bulan April nanti aku akan berumur 40 tahun, insyaallah. Big number. Bagi sebagian orang umur ini udah masuk kategori sedikit tua. Bagi UN (United Nations) usia ini mah masih muda, wong batasnya sampai 60 tahun! Dulu aku sering dengar atau bahkan sekarang pun masih ada yang sering bilang, bahwa life starts at 40, hidup (yang sesungguhnya) di mulai saat seseorang berumur 40 tahun. Ntah apa yang penyebab kalimat populer ini. Mungkin ya pada usia inilah sebagian orang atau kebanyakan orang melakukan refleksi atas kehidupannya; apa yang sedang dilakukan, menuju ke arah mana, apakah kehidupan yang dijalani sekarang cukup dinikmati atau tidak, apakah semua daftar keinginan sudah tercapai, apakah sepanjang hidup sudah cukup bermanfaat, bagaimana dengan masa selanjutnya, pindah/ cari kerja baru atau bertahan di tempat sekarang, ganti profesi atau pensiun, biaya anak kuliah, cicilan kpr masih 5 tahun lagi, dll dsb. 

Terus terang aku sendiri belum sedalam itu memikirkan aka belum refleksi sama sekali. Well, sejujurnya ada sih; ya udah mulai mikir pensiun nanti mau ngapain, kapan baiknya pensiun, pensiun tinggal di mana (maunya sih dekat pantai), jadi mau sekolah S3 atau tidak, berapa lama lagi kerja kantoran.. (lah ini sih ga bisa dibilang sedikit ya). Kayaknya yang beginian ga bisa dihindari sih, terjadi aja, muncul aja gitu di pikiran. 

Mari kembali ke resolusi. Karena tahun ini angka umurnya adalah 40 jadi biar ngepas aku kasih tema: 40s to 40. Aku berencana melakukan hal-hal berikut: 

To be completed before I reach 40 years old (by 22nd of April):

1. Lari 40 Km 

2. Berenang dan bersepeda masing-masing 4 Km 

3. Berpuasa sunnah 12 hari 

4. Membaca 4 buku (buku yang mulai dibaca di tahun 2024 - fiksi dan non fiksi)

5. Mengurangi berat badan 4 Kg 

To be completed until end of 2024: 

6. Melanjutkan berenang dan bersepeda sampai masing-masing 40 Km

7. Melanjutkan puasa sunnah sampai 40 hari

8. Trekking di hutan 40 Km

9. Melanjutkan baca 8 buku

10. Menulis 4 artikel ilmiah untuk dimuat di jurnal

11. Maintain the weight lost in the 1st quarter

Masih ada 1 lagi tapi yang ini sebaiknya tidak usah aku tuliskan supaya tidak riya'. 

Jadi tidak semuanya 40 melainkan ada yang kelipatan 4. Kurang ambisius? ah itu kan menurut situ, menurut eike ini udah keren. Tinggal eksekusinya aja nih bisa tetap keren atau tinggal kenangan, hahaha. Doakan ya, pemirsa! 😁 



Tuesday, January 2, 2024

Which country (ies) you are most fascinated with?

I hava always been fascinated with the United States of America (USA). That is my top, my number 1 choice. Nomor 2 adalah Inggris. Amat sangat mainstream pake banget yah. Aku suka juga sih dengan negara seperti Jepang karena budaya nya yang unik, terutama karena manga serta anime nya. Sampai sekarang pun di usia dikit lagi 40 tahun, aku masih baca manga online. Sesekali beli komik Kariage dan Kobo Chan. Tapi walaupun begitu, to me nothing beats USA dan Inggris. Kenapa ya? mungkin karena dulu yang aku nonton dan baca waktu kecil hampir semua impor dan berkiblat di dua negara itu. Because I am a millenal generation;  I grew up with NKOTB (New Kids on The Block) dan Take That sebagai boyband yang aku dengar waktu masih bocah. Setelah masuk masa ABG masanya boyband Backstreet Boys dan Boyzone.  Bacaan waktu boleh pilih buku yang dibeli adalah cerita-cerita horornya R.L Stine. Tontonan didominasi kartun dari Disney dan MGM, sesekali kartun Jepang macam Candy Candy, Saint Seiya, Doraemon tentu saja dan Sailormoon. Tak ketinggalan siaran radio VOA dan BBC. Ya ampun dua stasiun ini sedari aku kecil sering banget aku dengar dari radio almarhum kakek dan terus jadi andelan saat kuliah. Kalau udah dengar dua siaran ini terutama bagian International, aku merasa nambah level kecerdasan, hahaha. 

Sewaktu kuliah, aku dengar tentang seorang senior perempuan, dosen di Universitas Lampung, salah satu inisiator Hutan Kemasyarakatan, punya gelar PhD di namanya. Saat nama beliau dibacakan lengkap (sebagai pemateri kuliah umum), saat itu juga aku terpesona mendengarnya. PhD.. PhD... keren banget... ga usah pakai gelar - gelar yang lain, PhD udah yang paling keren sejagad raya. Gelar PhD tentu saja didapatkan dari hasil studi di luar negeri (kalau di Indonesia gelarnya Doktor), dan seniorku ini mendapatkannya dari satu universitas di Amerika Serikat ... ah USA. 

Saat aku kerja di Riau, supervisorku tengah studi S3 di Amerika Serikat. Studi S2 nya dilakukan di Inggris. Di mataku ini keren banget. Jadilah aku pun bermimpi - sekaligus berambisi bahwa aku ingin juga S2 di Inggris dan S3 di Amerika.. sepertinya itu lah jalan yang tepat untukku. 

Waktu berjalan, studi S2 berhasil aku lakukan di Inggris, sesuai dengan mimpiku. Bagaimana rasanya sekolah di Inggris? wah puas tapi ga puas! lha maksudnya? puas karena keinginan, mimpi, ambisi untuk sekolah master di sana tercapai. Ga puasnya karena program master di Inggris hanya setahun! Baru juga mau dinikmati lebih intim, eh udah keburu musti balik ke tanah air. 

Lalu bagaimana dengan keinginan S3 di Amerika? Beberapa teman seangkatanku kini bahkan sudah menyandang gelar PhD di belakang namanya. Ada yang lulusan Finlandia, Australia, Jepang.. lumayan dari mereka aku dapat gambaran tentang studi doktoral dan rasanya tinggal agak lama di negara lain. Sayangnya itu, aku belum nemu nih teman seangkatan yang S3 nya di Amerika. Meski USA masih ada di daftar negara prioritasku, kedudukannya semakin terancam seiring dengan bertubi-tubinya kejadian penembakan random dan regulasi kepemilikan senjata tidak ada perbaikan. Kan serem ya kalau harus sehari-hari berisiko menjadi target atau korban penembakan random ini. Memang sih yang namanya ajal itu adalah rahasia Ilahi, tapi tetap aja alasan ini yang membuat suamiku tidak setuju kalau aku mau sekolah ke Amrik. Belum lagi soal diskriminasi atau yang ga kalah serem fasilitas healthcare yang ga bisa dibanggakan sama sekali. Bagusan juga healthcare nya Indonesia yang pakai BPJS. Kalau udah mulai merinci pros and cons USA ini, wah mulai deh kelihatan bahwa Amrik ini sebenarnya biasa aja, beberapa negara lain lebih baik di banyak aspek.