Pages

Tuesday, January 2, 2024

Which country (ies) you are most fascinated with?

I hava always been fascinated with the United States of America (USA). That is my top, my number 1 choice. Nomor 2 adalah Inggris. Amat sangat mainstream pake banget yah. Aku suka juga sih dengan negara seperti Jepang karena budaya nya yang unik, terutama karena manga serta anime nya. Sampai sekarang pun di usia dikit lagi 40 tahun, aku masih baca manga online. Sesekali beli komik Kariage dan Kobo Chan. Tapi walaupun begitu, to me nothing beats USA dan Inggris. Kenapa ya? mungkin karena dulu yang aku nonton dan baca waktu kecil hampir semua impor dan berkiblat di dua negara itu. Because I am a millenal generation;  I grew up with NKOTB (New Kids on The Block) dan Take That sebagai boyband yang aku dengar waktu masih bocah. Setelah masuk masa ABG masanya boyband Backstreet Boys dan Boyzone.  Bacaan waktu boleh pilih buku yang dibeli adalah cerita-cerita horornya R.L Stine. Tontonan didominasi kartun dari Disney dan MGM, sesekali kartun Jepang macam Candy Candy, Saint Seiya, Doraemon tentu saja dan Sailormoon. Tak ketinggalan siaran radio VOA dan BBC. Ya ampun dua stasiun ini sedari aku kecil sering banget aku dengar dari radio almarhum kakek dan terus jadi andelan saat kuliah. Kalau udah dengar dua siaran ini terutama bagian International, aku merasa nambah level kecerdasan, hahaha. 

Sewaktu kuliah, aku dengar tentang seorang senior perempuan, dosen di Universitas Lampung, salah satu inisiator Hutan Kemasyarakatan, punya gelar PhD di namanya. Saat nama beliau dibacakan lengkap (sebagai pemateri kuliah umum), saat itu juga aku terpesona mendengarnya. PhD.. PhD... keren banget... ga usah pakai gelar - gelar yang lain, PhD udah yang paling keren sejagad raya. Gelar PhD tentu saja didapatkan dari hasil studi di luar negeri (kalau di Indonesia gelarnya Doktor), dan seniorku ini mendapatkannya dari satu universitas di Amerika Serikat ... ah USA. 

Saat aku kerja di Riau, supervisorku tengah studi S3 di Amerika Serikat. Studi S2 nya dilakukan di Inggris. Di mataku ini keren banget. Jadilah aku pun bermimpi - sekaligus berambisi bahwa aku ingin juga S2 di Inggris dan S3 di Amerika.. sepertinya itu lah jalan yang tepat untukku. 

Waktu berjalan, studi S2 berhasil aku lakukan di Inggris, sesuai dengan mimpiku. Bagaimana rasanya sekolah di Inggris? wah puas tapi ga puas! lha maksudnya? puas karena keinginan, mimpi, ambisi untuk sekolah master di sana tercapai. Ga puasnya karena program master di Inggris hanya setahun! Baru juga mau dinikmati lebih intim, eh udah keburu musti balik ke tanah air. 

Lalu bagaimana dengan keinginan S3 di Amerika? Beberapa teman seangkatanku kini bahkan sudah menyandang gelar PhD di belakang namanya. Ada yang lulusan Finlandia, Australia, Jepang.. lumayan dari mereka aku dapat gambaran tentang studi doktoral dan rasanya tinggal agak lama di negara lain. Sayangnya itu, aku belum nemu nih teman seangkatan yang S3 nya di Amerika. Meski USA masih ada di daftar negara prioritasku, kedudukannya semakin terancam seiring dengan bertubi-tubinya kejadian penembakan random dan regulasi kepemilikan senjata tidak ada perbaikan. Kan serem ya kalau harus sehari-hari berisiko menjadi target atau korban penembakan random ini. Memang sih yang namanya ajal itu adalah rahasia Ilahi, tapi tetap aja alasan ini yang membuat suamiku tidak setuju kalau aku mau sekolah ke Amrik. Belum lagi soal diskriminasi atau yang ga kalah serem fasilitas healthcare yang ga bisa dibanggakan sama sekali. Bagusan juga healthcare nya Indonesia yang pakai BPJS. Kalau udah mulai merinci pros and cons USA ini, wah mulai deh kelihatan bahwa Amrik ini sebenarnya biasa aja, beberapa negara lain lebih baik di banyak aspek. 


No comments:

Post a Comment