Pages

Thursday, March 5, 2009

SQ, Garuda, Air Asia dan Saya yang miskin nan belagu

Ini bukan tulisan yang membandingan ketiga maskapai penerbangan itu lho, tapi ini pengalaman yang sedikit memalukan, sedikit menyesakkan dada bagi saya pribadi. Anehnya, kedua-duanya terjadi dalam perjalanan Jakarta-Bangkok dan dengan orang yang sama! 

Kejadian pertama: Agustus 2008 saya kejatuhan durian runtuh! tapi durian yang kulitnya botak, jadi gak sakit, hehe. di bulan ini ada pertemuan Tiger Network Initiative di Bangkok, Thailand. dari kantor saya ada 3 orang yang berangkat. karena satu dan lain hal, yang satu orang tidak bisa berangkat dan saya yang ditunjuk untuk menggantikan orang itu. hah!! kurang beruntung apa lagi nih saya? baru 2 bulan masuk sudah bisa keluar negeri! (seperti yang dikatakan teman saya dengan nada sedikit iri). Mulai dari tiket lokal sampe tikel internasional, kantor yang ngurusin. Kebetulan dari ketiga orang yg brangkat ini, ada yang paling senior. sewaktu ditanyain mau naik maskapai apa? sang senior menjawab, "(Singapore Airlines) SQ aja karena waktu brangkatnya sore". sayadan satu orang lagi juga ditanya pertanyaan sama tentu saja tidak menolak kalo bisa berangkat pake SQ juga. Singapore Airline ini kan terkenal banged.  The best airline in the world, loh. Jadilah kami bertiga naik SQ. 

Bagaimana rasanya naik maskapai terbaik di dunia? tidak perlu diragukan, semuanya fanstastis! Mulai dari fasilitas, pelayanan (sumpah, pramugarinya memang ramah-ramah banged!), kenyamanan dan rasa bangga (karena naik pesawat mahal) saat check in (meski kami cuma penumpang kelas ekonomi) terasaaaa banget. Nyampe di tempat pertemuan, saya ketemu dengan donor kami yang beberapa minggu lalu mengunjungi kami di site. Basa-basi saya bertanya: 

Saya: "how was your flight, B?"
Donor: "oh, i had late night flight.  I am still sleepy but I 'm OK. How was yours?" 
Saya: "mine was good. I arrived at 8 pm. Which airline did you fly with?" 
Donor: "It was Garuda. bla bla bla bla bla....." 

Begitu mendengar kata 'garuda', seketika itu rasanya pipi saya ditampar oleh seluruh penduduk Indonesia! Gimana tidak? saya yang menadahkan tangan saya padanya agar diberi duid untuk menjalankan program malah naik Singapore Airline, yang harga tiketnya lebih mahal dibanding Garuda. Sedangkan donor yang berdiri di depan saya, yang selama ini memberi saya dan teman-teman saya duid, naik Garuda airline..... kontan semua rasa bangga karena naik SQ yang sebelumnya masih melekat di sekujur tubuh langsung rontok dan hancur berkeping-keping. Duuuuh, malu sekali saya rasanya. Ingin rasanya sembunyi dan tidak bertemu dengan sang donor ini untuk beberapa waktu, sampai malu saya hilang. Sayangnya, that conversation was on first day! Saya masih harus bertemu dengannya, berada dalam satu ruangan dengannya, bahkan dalam satu kelompok selama tiga hari berikutnya! how miserable. I am nowhere to hide. 

Kejadian kedua: Januari 2009 untuk kali kedua, saya ke bangkok. Pertemuan yang saya hadiri masih tetap seputar kucing, kali ini macan dahan. Kalau kemarin semuanya ditanggung kantor, yang ini saya dapat financial support' dari panitia (tetep aja dana lungsuran). Tapi karena gak 100%, sisanya yang sedilut itu saya minta ke kantor. Sayangnya, permintaan saya tidak dikabulkan., hiks. Katanya kantor saya ternyata sedang tidak punya duid untuk travel. Jadi saya disarankan untuk minta langsung ke donor. Ini adalah donor yang sama, donor B. Saya pun mengirim surel untuk minta dibantu biaya yang saya butuhkan untuk berangkat. 

Donor: "kondisi keuangan disini juga sedang tidak bagus. kalau bisa cari kekurangannya di seputaran kantor (maksudnya di site lain). kalau memang tidak dapat, nanti saya usahakan". 
Karena belum dapat talangan juga, saya kirim surel lagi ke donor, plus hitung-hitungan berapa sebenarnya yang dibutuhkan. 
Donor: "it's tiny money! I'll pay it. And I am going there as well. So, see you!" 

Hahaha.., leganya.., akhirnya bisa berangkat juga. Sempat deg-degan juga sih. Sayang banget soalnya kalau gak berangkat. Tidak mau mengulangi horor sebelumnya, kali ini saya naik Garuda. Bagaimana rasanya kali ini? seperti penerbangan lokal di Indonesia lah, pesawatnya tidak sebesar SQ, tidak ada tv pribadi di setiap kursi, yang ada tv massal yang hanya diisi program 'just for laughs', pramugarinya? manis, tapi udah kliatan ibu-ibunya. Yang parah adalah waktu berangkatnya, dari Jakarta jam 9 malam dan nyampe Bangkok jam 1 pagi. Nanti pulangnya, dari Bangkok berangkat jam 1 pagi. Alammaaaakk ...jadwalnya tidak manusiawi begini. Tapi saya merasa nyaman karena saya pasti tidak mengulangi kegeblekan yang sama (cuilee... yakin banget). Pertemuan tentang macam dahan ini berlangsung tiga hari. Lot of discussions. but lots of delicious Thai food. Tapi di hari ketiga sempat bolos., hehehe.... saya+donor+senior main ke kantor teman. Saya masih stay satu hari lagi di Bangkok. Kebetulan saya punya teman disini, aseli 100% Thailand. Donor B ini juga mau ke Indonesia lagi, utamanya sih mengunjungi site tempat saya kerja. Karena saya perkirakan si donor bakal nyampe lebih awal dari saya, maka saya bujuk dia: 

Saya: "B, please dont show up at the office before I come, Otherwise my boss will kill me coz he knows we were at the same workshop" dia langsung tertawa. untungnya si donor orangnya asik. dia menjawab, 
Donor: "well, I know you're staying bcoz you have a date with your Thai boyfriend, so what's his name?" 
Saya: "His name is Joy and he is not my boyfriend. So, will you please not to show up before I come?"
Donor: "Hahaha.. Joy., it's a funny name for a man. Well., I have to stop by at Jakarta anyway. So, ya, no problem" 
Saya: "Thanks a lot! You're cool. So, when is your flight to Jakarta then?" 
Donor: "I'll fly on Sunday evening coz i still have a meeting here" 
Saya: "Meeting on saturday? ooh c'mon" godaku. "which airline to Jakarta?" 
Donor: "Hehe.. I know. but I guess it wouldnt be so bad. It's Air Asia. That's the same airline I flew to Bangkok as well." 
Saya: .....[speechless].... 

Kali ini, saya tidak hanya ditampar oleh seluruh orang Indonesia, tapi juga oleh seluruh orang Thailand!!! saya lalu teringat satu bagian di buku Edensornya Andrea Hirata yang kejadiannya serupa dengan apa yang saya alami. Di kota Paris, pada suatu waktu, ada pertemuan antara Indonesia dan Jepang. Agendanya: pemberian bantuan dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah Indonesia. Perwakilan dari Indonesia tiba di tempat pertemuan dengan naik Limousine. perwakilan dari Kepang tiba di tempat yang sama dengan hanya naik taksi biasa! rasanya, saya tidak ubahnya seperti perwakilan negara saya itu. sudah miskin, peminta-minta, belagu pula!

5 comments:

  1. dalam kondisi yang berbeda saya pernah mengalaminya...

    waktu itu saudara ada yang minta ditalangin duit kuliah anaknya...well karena ada kelebihan rezeki...saya pun akhirnya memutuskan ntuk membantu...Saya ke sana naik motor butut saya keluaran tahun '71.

    Sampai di sana saya masuk melalui garasi yang berisi mobil avanza...kemudian di dalam saya lihat anaknya sedang main playstasion 3...

    duduk di ruang keluarga, saya bisa lihat deretan handphone communicator terbaru, sampai blackberry berjejer di meja...sementara saya...pakai nokia 1600...huehehe...sebenernya ini siapa yang perlu dibantu yah???

    ReplyDelete
  2. hihihi.. kalo kata temanku, orang kaya tu akan selalu merasa kekurangan, meski rumah sudah gede, punya mobil, dan bermacam-macam hp (tinggal buka gerai hp :p)

    ReplyDelete
  3. seorang teman, pria paruh baya dengan tattoo penuh di badannya, dan yang berprofesi sebagai dosen di jurusan teknik kimia dengan title master, pernah mengatakan padaku..

    orang kaya adalah orang yang bisa memberi. berbagi dengan apa yang dia miliki untuk orang lain ato hidup orang banyak. ga penting dia punya berapa, tapi seberapa bisa bisa membahagiaka orang lain dan tentu aja dirinya, dengan apa yang dia punya.

    orang miskin bagi orang kaya adalah, partner yang bisa membantunya mencapai kebahagiaan itu. jelas orang kaya bukan orang bodoh yang dengan suka hati memberi pada orang yang hanya menadahkan tangan dengan muka memelas..

    orang kaya adalah orang yang hatinya "besar", bukan saldo dan properti canggihnya.

    hehe.. itu kata temanku itu. yang terakhir, kutau, dia menjual mobilnya, dan diganti dengan puluhan sepeda. trus dibagikan buat anak sekolah di daerahnya. salah satu sepeda itu, menjadi miliknya.

    ReplyDelete
  4. kalo gitu, kapan2 kalo ke luar negeri naek hercules aja mil. trus turunnya dikotakin pake parasut.
    cerita yang sangat menarik....

    ReplyDelete
  5. Walau telat bacanya nice story banget....

    ReplyDelete