pernah nonton tayangan the master junior? itu lho the master versi anak-anak yang ditayangin RCTI tiap sabtu dan minggu sore. sejak balik dari lapangan di akhir oktober, aku sempetin nonton. tadinya gak tertarik, tapi karena liat pesertanya kecil-kecil, energik, dan lincah2 itu membuat aku penasaran dan akhirnya kutonton juga. dari enam peserta the master junior ada satu peserta yang paling imut. namanya fadia, gadis item manis umur 8 tahun dari jakarta. melihatnya mengingatkanku pada anak om. mukanya mirip dengan adik sepupuku itu. namanya yani. itemnya sama. cuma kalo manisnya, ya... lebih manis fadia lha. yani ini mirip banget sama om yang memang dari sononya gak ada manis-manisnya, hahaha...
jadi, keenam peserta ini berlomba menampilkan pertunjukan magic yang paling mengagumkan. aku gak pernah serius nontonnya, lebih sering mindah-mindah channel malah. sesekali ya aku lihat juga pas pertunjukan magicnya itu, tapi aku lebih tertarik ngeliat posisi anak-anak itu berdasarkan sms yang masuk. layaknya american idol, indonesia idol dan kontes idol-idol yang lain, perserta yang memperoleh paling banyak sms maka dialah yang menjadi pemenang. sebaliknya, peserta dengan urutan paling buncit akan dipaksa keluar. begitu juga dengan the master junior ini. mau anak kecil mau orang dewasa pokoknya klo smsnya paling kurang maka harus out. this is competition yang pemenangnya ditentukan oleh jumlah sms, no matter how good or worse the candidate's performance is.
so, tiap minggu akan ada satu anak yang tidak bisa lagi melanjutkan performancenya ke minggu berikutnya. this is fine actually, kecuali saat penentuan who the loser is. suasananya mendadak jadi tegang. klo dah gini aku paling malas nonton. abisnya anak-anak kecil itu dibiarin berdiri sendiri ketakutan menunggu hasil. sementara host acara dengan sengaja mengatur tempo dan membuat semua orang berdebar-debar, penasaran, kehabisan napas sebelumnya akhirnya bisa menarik napas panjang setelah hostnya bilang acara akan dilanjutkan setelah commercial break.
di satu episode minggu yang lalu, tayangan ini membuat aku kesal sekali. disuasana yang paling tidak enak itu, atmosfernya betul-betul menjadi pelengkap mimpi buruk anak-anak itu. satu persatu mulai tampak kuyu sekaligus tegang. tak lama, tangis pecah dari dua orang kandidat. tangisan itu semakin kencang tatkala kandidat loser menjadi dua orang (salah satu dari mereka harus keluar karena jumlah sms paling buncit). yang satu, mungkin karena dia laki-laki, mencoba untuk tenang. tidak menangis tapi juga tidak tersenyum. ekspresinya sangat datar. sedangkan yang satu lagi, fadia, sudah basah kuyup mukanya karena air mata yang terus meleleh. sungguh pemandangan yang membuat aku benci terhadap tayangan ini. anak-anak itu seharusnya dibiarkan bermain, belajar, apapun yang mereka suka. ya, life is a struggle. tapi tidak harus ditekankan sedemikian besarnya sehingga permainan ataupun magic yang mereka lakukan bisa mereka nikmati tanpa beban yang menggelanyut di pundak mereka. yang membuat parah, momen itu terasa berabad-abad lamanya tanpa akhir yang jelas. satu persatu penonton studio ikut memerah mukanya. tak sedikit yang kemudian menitikkan airmata. termasuk juri. hmm.. aku jadi bertanya, is this a true evil competition? or just a game show? nyatanya pihak TV membuat ini dengan bumbu dramatisasi hanya agar acaranya laku.
saat si nenek ungu melepas jubah sang anak laki-laki, dia yang tadinya terlihat tenang, lantas terpaku. membisu. mungkin shock. tidak menyangka bahwa dialah yang harus keluar. tidak rela bahwa anak perempuan yang lebih kecil darinya maju ke minggu depan. dia tidak siap. tidak berkata apa-apa. dia menunduk. membatu. menahan kekecewaan yang teramat sangat. mungkin dia marah pada diri sendiri. atau marah pada orangtua dan keluarga serta teman-teman yang tidak mengirimkan sms cukup banyak agar dia tidak keluar. dia tidak bergeming sedikitpun saat keluarga, mentor dan pendukungnya datang untuk menghibur. mungkin merasa sangat malu untuk sekedar menerima pelukan dan usapan di punggungnya. aku yang menyaksikan dari layar tv ikut terhenyak. begitu dahsyatnya akibat dari kompetisi yang seharusnya bisa menyenangkan. aku hanya berharap semoga anak itu tidak sampai depresi hanya karena harus berhenti disini. di acara bodoh, kejam dan tidak peduli akan perasaan anak-anak.
"magic is everything you have given to papa, mama, your brother-sister and all people who support you. so, don't stop do magic..."
kalimat itu diucapkan oleh ayah fadia, saat fadia setengah menjerit menangis ketakutan akan kemungkinan tersingkir dari the master junior saat itu.
anak itu dengan tubuh mungilnya masih melangkah ke tahap berikutnya. tapi, hari minggu kemarin dia harus mengakui bahwa kompetitor-kompetitornya memiliki pendukung lebih banyak.
yang menakjubkan, dari awal acara dia terlihat sangat tenang, riang dan selalu tersenyum. sampai ke babak penentuan dia tetap tersenyum. sangat berbeda dengan minggu lalu. mungkin dia tahu, she has done the best. mungkin dia mengerti bahwa tersingkir dari acara ini bukan berarti dia kehilangan magic, hal yang sangat diminatinya. mungkin dia seperti aku, yang sangat menyukai dua baris kalimat yang diucapkan oleh sang ayah dengan cinta kasih yang begitu besar.
saat jubahnya dilepas sebagai pertanda dia tidak bisa ikut ke babak selanjutnya, senyum itu tidak lepas dari bibirnya. anak kecil itu menyambut semua belaian di kepalanya. membalas setiap pelukan. menikmati kecupan kasih yang diberikan orang-orang di kedua pipinya. dan dengan riang bersama teman-teman sekaligus kompetitornya ber-high five sambil meneriakkan, "let the magic begin.."
yes dear, the magic has begun since it has you..
jadi, keenam peserta ini berlomba menampilkan pertunjukan magic yang paling mengagumkan. aku gak pernah serius nontonnya, lebih sering mindah-mindah channel malah. sesekali ya aku lihat juga pas pertunjukan magicnya itu, tapi aku lebih tertarik ngeliat posisi anak-anak itu berdasarkan sms yang masuk. layaknya american idol, indonesia idol dan kontes idol-idol yang lain, perserta yang memperoleh paling banyak sms maka dialah yang menjadi pemenang. sebaliknya, peserta dengan urutan paling buncit akan dipaksa keluar. begitu juga dengan the master junior ini. mau anak kecil mau orang dewasa pokoknya klo smsnya paling kurang maka harus out. this is competition yang pemenangnya ditentukan oleh jumlah sms, no matter how good or worse the candidate's performance is.
so, tiap minggu akan ada satu anak yang tidak bisa lagi melanjutkan performancenya ke minggu berikutnya. this is fine actually, kecuali saat penentuan who the loser is. suasananya mendadak jadi tegang. klo dah gini aku paling malas nonton. abisnya anak-anak kecil itu dibiarin berdiri sendiri ketakutan menunggu hasil. sementara host acara dengan sengaja mengatur tempo dan membuat semua orang berdebar-debar, penasaran, kehabisan napas sebelumnya akhirnya bisa menarik napas panjang setelah hostnya bilang acara akan dilanjutkan setelah commercial break.
di satu episode minggu yang lalu, tayangan ini membuat aku kesal sekali. disuasana yang paling tidak enak itu, atmosfernya betul-betul menjadi pelengkap mimpi buruk anak-anak itu. satu persatu mulai tampak kuyu sekaligus tegang. tak lama, tangis pecah dari dua orang kandidat. tangisan itu semakin kencang tatkala kandidat loser menjadi dua orang (salah satu dari mereka harus keluar karena jumlah sms paling buncit). yang satu, mungkin karena dia laki-laki, mencoba untuk tenang. tidak menangis tapi juga tidak tersenyum. ekspresinya sangat datar. sedangkan yang satu lagi, fadia, sudah basah kuyup mukanya karena air mata yang terus meleleh. sungguh pemandangan yang membuat aku benci terhadap tayangan ini. anak-anak itu seharusnya dibiarkan bermain, belajar, apapun yang mereka suka. ya, life is a struggle. tapi tidak harus ditekankan sedemikian besarnya sehingga permainan ataupun magic yang mereka lakukan bisa mereka nikmati tanpa beban yang menggelanyut di pundak mereka. yang membuat parah, momen itu terasa berabad-abad lamanya tanpa akhir yang jelas. satu persatu penonton studio ikut memerah mukanya. tak sedikit yang kemudian menitikkan airmata. termasuk juri. hmm.. aku jadi bertanya, is this a true evil competition? or just a game show? nyatanya pihak TV membuat ini dengan bumbu dramatisasi hanya agar acaranya laku.
saat si nenek ungu melepas jubah sang anak laki-laki, dia yang tadinya terlihat tenang, lantas terpaku. membisu. mungkin shock. tidak menyangka bahwa dialah yang harus keluar. tidak rela bahwa anak perempuan yang lebih kecil darinya maju ke minggu depan. dia tidak siap. tidak berkata apa-apa. dia menunduk. membatu. menahan kekecewaan yang teramat sangat. mungkin dia marah pada diri sendiri. atau marah pada orangtua dan keluarga serta teman-teman yang tidak mengirimkan sms cukup banyak agar dia tidak keluar. dia tidak bergeming sedikitpun saat keluarga, mentor dan pendukungnya datang untuk menghibur. mungkin merasa sangat malu untuk sekedar menerima pelukan dan usapan di punggungnya. aku yang menyaksikan dari layar tv ikut terhenyak. begitu dahsyatnya akibat dari kompetisi yang seharusnya bisa menyenangkan. aku hanya berharap semoga anak itu tidak sampai depresi hanya karena harus berhenti disini. di acara bodoh, kejam dan tidak peduli akan perasaan anak-anak.
"magic is everything you have given to papa, mama, your brother-sister and all people who support you. so, don't stop do magic..."
kalimat itu diucapkan oleh ayah fadia, saat fadia setengah menjerit menangis ketakutan akan kemungkinan tersingkir dari the master junior saat itu.
anak itu dengan tubuh mungilnya masih melangkah ke tahap berikutnya. tapi, hari minggu kemarin dia harus mengakui bahwa kompetitor-kompetitornya memiliki pendukung lebih banyak.
yang menakjubkan, dari awal acara dia terlihat sangat tenang, riang dan selalu tersenyum. sampai ke babak penentuan dia tetap tersenyum. sangat berbeda dengan minggu lalu. mungkin dia tahu, she has done the best. mungkin dia mengerti bahwa tersingkir dari acara ini bukan berarti dia kehilangan magic, hal yang sangat diminatinya. mungkin dia seperti aku, yang sangat menyukai dua baris kalimat yang diucapkan oleh sang ayah dengan cinta kasih yang begitu besar.
saat jubahnya dilepas sebagai pertanda dia tidak bisa ikut ke babak selanjutnya, senyum itu tidak lepas dari bibirnya. anak kecil itu menyambut semua belaian di kepalanya. membalas setiap pelukan. menikmati kecupan kasih yang diberikan orang-orang di kedua pipinya. dan dengan riang bersama teman-teman sekaligus kompetitornya ber-high five sambil meneriakkan, "let the magic begin.."
yes dear, the magic has begun since it has you..
thank you :) from Papa Fadia
ReplyDelete