Kini, setelah 2 tahun pandemi ini melanda, harga masker lebih 'normal' harganya dan dengan varian merk, bentuk, serta warna yang dapat dipilih, tentunya sesuai dengan kerelaan untuk membayar harga masker yang dipilih. Kalau sebelumnya ada merk Sens1 yang harganya paling premium untuk masker sehari-hari, sekarang ada merk P*kana. Ya, ampun saya naksir dengan masker anaknya yang tipe 3D tapi begitu lihat harganya saya patah hati, mahal betul. Kenapa sih beda harganya jauh banget dengan masker lain? kenapa sih produsen senang banget menciptakan kasta baru di kehidupan masyarakat? ini lho buat dipake sehari-hari, mana sekali pakai pun, kenapa tidak buat 1 standar saja dan dengan harga sama? kenapa kenyamanan dan proteksi lebih (2 ply vs 3 ply vs 4 ply) dalam masker hanya boleh dinikmati oleh orang-orang tertentu? ini kan situasi pandemi ya dan menurut World Bank ini akan berlangsung bertahun-tahun. Kalau sebagian besar orang Indonesia mampunya beli masker yang kualitasnya masih tanda tanya, sama saja dong sebagian besar orang Indonesia tidak terlindungi dengan baik dan ini otomatis artinya resiko penularan juga ga akan turun-turun.
Jadi tolong lah para produsen masker, jangan cuan terus yang dikedepankan. Ingat, ini situasi pandemi dan waktunya lama, jangan lah lagi perparah jurang sosial ekonomi yang sudah ada. Setidaknya mereka yang secara finansial memang tergolong miskin dan yang terkena imbas pandemi secara ekonomi (diberhentikan, pengurangan gaji, dll) tetap berkesempatan untuk mendapatkan masker yang nyaman, full protection, dan terjangkau.
Jangan ada kasta masker diantara kita.
No comments:
Post a Comment