beruntung sekali saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Baluran, sebuah Taman Nasional di Propinsi Jawa Timur yang terkenal dengan savana dan bantengnya. Saya kesini dalam rangka pengenalan dan pelatihan metoda okupansi untuk survei mamalia besar atas undangan tim PEH Balai TN Baluran. kebetulan, mas swiss, kakak tingkat di kampus sekaligus sahabat yang menjadi big brother dan mentor saya itu juga adalah anggota PEH TN Baluran. bertemu dengannya setelah sekian tahun pisah membuat saya menyadari betapa jarak, tempat dan waktu tidak mampu untuk merubah mas swiss. dia tetap saja item, kecil, mata belo, ngomongnya mencricis, medhok abis, barkaos item berteman asap mengepul dan suka cengengesan. hahah sori yo mas swiss, emang begitu kok kenyataannya, hahaha. hanya ada satu perubahan di mas swiss, dia jauh lebih baik, IN EVERY WAY, dibanding terakhir kali kami bertemu. di kalangan pemerhati peneliti burung, birdwatchers, siapa sih yang tidak kenal nama swiss winasis? di usia yang belum 30 tahun dia sudah menghasilkan sebuah buku tentang burung-burung di TN Baluran dengan foto2 burung yang sungguh memikat hati sekaligus mbikin kiri para pemula di bidang fotografi seperti saya ini. makanya pertemuan kali ini dengannya adalah kesempatan yg sudah kunantikan untuk menagih janjinya mengajariku teknik memotret burung di alam liar., horee..
sengaja aku menyisakan waktu 3 hari untuk kursus spesial ini sekaligus untuk menikmati keindahan alam TN Baluran. "hah cuma 3 hari?! mau dapat apa?" pekikku dan mas swiss bersamaan. heheh.. kalau bisa sih aku disini sampai selesai ngubek2 keindahan se-Baluran. tapi apa daya, di seberang pulau sana emakku tersayang telah menanti.
cth gambar yg agak gelap & cenderung backlight |
cth gambar yg jarak burungnya terlalu jauh |
cth pose ideal burung untuk diidentifikasi |
teknik memotret bagi yang sudah paham kamera dan fotografi mungkin tidak ada masalah karena yang menjadi tantangan sebenarnya dalam memotret burung di alam adalah kesabaran kita menunggu. ahh gampang menunggu mah udah sering lagipula kalau ada kawan gini bisa ngobrol. eitts, bukan menunggu yang seperti itu kawan, tapi menunggu dalam DIAM. suara baik dari mulut maupun karena kita bergerak harus sangat diminimalisir karena kalau tidak burungnya bisa terbang menjauh dan hilang sudah kesempatan kita untuk mendapat gambar burung tersebut. ini salah satu perbedaan mendesar dari fotografi benda mati dan fotografi makhluk hidup terutama hidupan liar. mas swiss sering banget tuh mendelikkan matanya kepada saya karena jalan atau gerak saya terlalu berisik, padahal itu juga sudah saya usahakan supaya pelan-pelan banget.
ada beberapa jenis burung yang sangat peka terhadap suara sehingga memotret jenis burung ini memerlukan investasi yang besar berupa: kesabaran ekstra, waktu yang tak terhingga, dan anti pegal karena bukan tidak mungkin kita musti merayap seperti tentara yang sedang latihan perang ataupun berada pada posisi duduk/berdiri yang cukup lama. memang yang paling sering pegal itu adalah leher kita karena sering menengadah ke atas. tapi jangan sepelekan lengan yang menopang beban kamera plus lensanya dan kedua kaki kita yang menopang keseluruhan badan kita. jika punya kesempatan untuk mencari posisi mengintai yg paling nyaman, maka buatlah diri kita senyaman mungkin.
jenis burung yg suka tiba2 sudah nongol aja |
r pindah dari satu dahan ke dahan pohon lain. makanya disini kita melatih kepekaan mata dan telinga kita untuk menangkap jika ada yang bergerak ataupun suara kepak sayap burung. respon kita mengikuti arah perpindahan burung yang menjadi target juga merupakan hal yang utama. gak mungkin dong kita minta burungnya untuk pelan-pelan dan nungguin kita sampai kita siap untuk memotret dia. kalau gitu mah profesi fotografer burung ataupun hidupan liar menjadi tidak seksi dan kurang menantang, heheh. makanya yang menjadi kunci adalah fokus. jangan sampai lengah ketika sedang mengintai burung. tangan dan mata kita harus selalu selaras dan kamera dalam kondisi siap untuk menjepret.
pernah suatu kali seekor burung rajaudang berada sangat dekat dengan saya yang sedang nongkrong di pantai tapi saya malah main yang lain dan saat dikasih kode oleh mas swiss dengan ekspresinya yg sedang teriak dengan meredam suaranya, saya baru sadar namun sudah terlambat karena burungnya sudah terbang pergi. mas swiss sebelnya ampun2an pada saya yang tidak fokus padahal kami sudah mengintai lama dan burung itu termasuk jenis yang cukup memerlukan investasi untuk dipotret. kami menunggu beberapa saat berharap burung itu akan kembali mendekat tapi hasilnya nihil. saya hanya bisa mengeles dengan berkata, "ya abis lama banget sih burungnya ditungguin jadi main yg lain dulu" dan mas swiss dengan logat jawa timurnya yang kental menggeleng2kan kepalanya seraya berkata, "kowe ki mil mil...."
woehehehe... kok ada nama orang ganteng disebut2 ya?
ReplyDeleteternyata murid pertamaku bener2 mengingat apa2 yg disampaikan sama sifu :D.
very nice sis. jadi kapan ne hunting di riau? hehehe...
huge from your big brother :D
**kangkok rantingnya salah iden tuh!