berita tentang itu datang lagi, tentang kenaikan harga bahan-bahan pokok, rasanya belum lama topik itu menghiasi beragam media massa. sekarang masyarakat kita kembali harus dengan pasrah mengeluarkan uang lebih banyak karena melonjaknya harga beras, gula, minyak goreng dan minyak tanah, dan yang paling heboh saat ini tentu saja adalah harga kedelai.
"jangan jadi bangsa tempe!" begitu kata bapak proklamator kita, Soekarno, dengan suara lantangnya. tapi kenyataannya sejak tahun 1928 negara kita sudah melakukan impor kedelai yang semakin tahun jumlah impornya semakin meningkat, yang dulu hanya 63 ribu ton pertahun sekarang menjadi 664 ribu ton (BI, 18/01/08). lihat statistik di buletin siangnya RCTI malah bikin lebih shock, impor kedelai kita mencapai 70%! tentu saja aku merasa lemes, tempe itu lauk andalan kapanpun dan dimanapun, rasanya tidak pernah pudar, rasanya tidak pernah bikin bosen, rasanya selalu ngangenin. tempe yang selalu membuatku homesick dan kangen se kangennya kalau sedang tidak berada di Indonesia atau sedang berada di jakarta.
sekarang, banyak masyarakat yang terpaksa beralih dari lauk tempe-tahu ke lauk krupuk. yah, dikompas hari ini ada berita tentang sebuah keluarga yang kalau mau bertahan hidup terpaksa mengandalkan krupuk sebagai lauk utama. terpaksa mengandalkan yang penting perut terisi, yang penting bisa makan, masalah sudah cukup gizi atau belum, itu nanti saja.
sekarang, tidak perlu heran kan, kalau tim sepakbola kita tidak bisa jadi ancaman nomor satu di ASEAN? kalaupun kita punya sekitar 220 juta penduduk, kalau sebagian besar kekurangan gizi, tinggal mimpi sajalah kita untuk bisa menembus masuk kejuaraan piala dunia.
karena gizi yang kurang ini jugalah kita menjadi kurang awas sehingga lagu rasa sayang dan kesenian reog sampai diklaim sebagai bagian dari kekayaan budaya negara tetangga tercinta.
dulu, disaat bahan-bahan pokok naik, bbm naik, kita masih cukup tenang karena kita masih punya andalan tempe-tahu dan produk kedelai lainnya sebagai lauk murah nan bergizi. tapi itu sekarang sudah tidak berlaku lagi.
kedelai itu baru satu masalah diantara masalah pangan jenis lainnya yang kalau tidak secara tepat ditangani, maka ancaman krisis pangan pun akan dengan bebasnya melenggang menyerang negara ini. dan kalau itu benar terjadi, tolong label "Indonesia Negara Agraris" dilepas saja, disimpan dan biar menjadi kenangan pahit.
kenapa krisis pangan itu datang dan mengancam kita sekarang? tahun 1984, tahun aku lahir menikmati bumi, kita dengan bangga bisa swasembada beras.., sekarang rata-rata impor beras pertahun adalah 1 juta ton (BI, 19/02/07). impor yang lebih banyak kejamnya daripada baiknya karena selalu lebih murah daripada produk negeri sendiri, mematikan daya usaha produk sendiri. bukankah seharusnya pemerintah merangsang kenaikan produktivitas produk pangan negeri sendiri dengan menjadikan produk impor tidak lebih murah dari produk sendiri? lalu apa gunanya jargon-jargon "cintai produk dalam negeri" kalau ada produk luar yang lebih murah? tentu saja masyarakat yang harus ketat mengawasi pengeluaran keuangan lebih memilih produk dengan harga yang lebih murah. bahkan mungkin ada yang dengan bangga mengatakan, "eh, jangan salah, beras ini beras dari luar lho, beras thailand" yang justru disaat yang sama membuat seorang petani menangis karena padi yang ditanamnya selama tiga bulan dilibas oleh karung beras dengan tulisan "beras thailand"
karena profesi sebagai petani tidak menjanjikan masa depan cerah, karena upah kerja mereka selalu lebih rendah dibanding profesi lain, generasi muda dari keluarga petani enggan meneruskan profesi orangtuanya, padahal sebenarnya kita butuh mereka untuk tenaga segar dan baru yang membantu barisan petani golongan tua ditengah sawah disana.
menulis tentang ini membuatku teringat satu lagu dari masa kecilku, yang dengan lantang kunyanyikan saat ospek SMP.
---------------------------------------
nasi putih terhidang dimeja
kita santap tiap hari
beraneka ragam hasil bumi
dari manakah asalnya?
dari sawah dan ladang di desa
petani lah penanamnya
panas terik tak dirasa
hujan rintik tak mengapa
masyarakat butuh bahan pangan
terima kasih bapak tani
terima kasih ibu tani
tugas anda sungguh mulia
--------------------------------------
adakah yang ingat lagu ini?
mari kita nyanyikan sama-sama dan teruslah nyanyikan dalam hati, hingga kelak menjadi pemerintah, tidak membuat kekeliruan yang sama yang dibuat pemerintah saat ini
"jangan jadi bangsa tempe!" begitu kata bapak proklamator kita, Soekarno, dengan suara lantangnya. tapi kenyataannya sejak tahun 1928 negara kita sudah melakukan impor kedelai yang semakin tahun jumlah impornya semakin meningkat, yang dulu hanya 63 ribu ton pertahun sekarang menjadi 664 ribu ton (BI, 18/01/08). lihat statistik di buletin siangnya RCTI malah bikin lebih shock, impor kedelai kita mencapai 70%! tentu saja aku merasa lemes, tempe itu lauk andalan kapanpun dan dimanapun, rasanya tidak pernah pudar, rasanya tidak pernah bikin bosen, rasanya selalu ngangenin. tempe yang selalu membuatku homesick dan kangen se kangennya kalau sedang tidak berada di Indonesia atau sedang berada di jakarta.
sekarang, banyak masyarakat yang terpaksa beralih dari lauk tempe-tahu ke lauk krupuk. yah, dikompas hari ini ada berita tentang sebuah keluarga yang kalau mau bertahan hidup terpaksa mengandalkan krupuk sebagai lauk utama. terpaksa mengandalkan yang penting perut terisi, yang penting bisa makan, masalah sudah cukup gizi atau belum, itu nanti saja.
sekarang, tidak perlu heran kan, kalau tim sepakbola kita tidak bisa jadi ancaman nomor satu di ASEAN? kalaupun kita punya sekitar 220 juta penduduk, kalau sebagian besar kekurangan gizi, tinggal mimpi sajalah kita untuk bisa menembus masuk kejuaraan piala dunia.
karena gizi yang kurang ini jugalah kita menjadi kurang awas sehingga lagu rasa sayang dan kesenian reog sampai diklaim sebagai bagian dari kekayaan budaya negara tetangga tercinta.
dulu, disaat bahan-bahan pokok naik, bbm naik, kita masih cukup tenang karena kita masih punya andalan tempe-tahu dan produk kedelai lainnya sebagai lauk murah nan bergizi. tapi itu sekarang sudah tidak berlaku lagi.
kedelai itu baru satu masalah diantara masalah pangan jenis lainnya yang kalau tidak secara tepat ditangani, maka ancaman krisis pangan pun akan dengan bebasnya melenggang menyerang negara ini. dan kalau itu benar terjadi, tolong label "Indonesia Negara Agraris" dilepas saja, disimpan dan biar menjadi kenangan pahit.
kenapa krisis pangan itu datang dan mengancam kita sekarang? tahun 1984, tahun aku lahir menikmati bumi, kita dengan bangga bisa swasembada beras.., sekarang rata-rata impor beras pertahun adalah 1 juta ton (BI, 19/02/07). impor yang lebih banyak kejamnya daripada baiknya karena selalu lebih murah daripada produk negeri sendiri, mematikan daya usaha produk sendiri. bukankah seharusnya pemerintah merangsang kenaikan produktivitas produk pangan negeri sendiri dengan menjadikan produk impor tidak lebih murah dari produk sendiri? lalu apa gunanya jargon-jargon "cintai produk dalam negeri" kalau ada produk luar yang lebih murah? tentu saja masyarakat yang harus ketat mengawasi pengeluaran keuangan lebih memilih produk dengan harga yang lebih murah. bahkan mungkin ada yang dengan bangga mengatakan, "eh, jangan salah, beras ini beras dari luar lho, beras thailand" yang justru disaat yang sama membuat seorang petani menangis karena padi yang ditanamnya selama tiga bulan dilibas oleh karung beras dengan tulisan "beras thailand"
karena profesi sebagai petani tidak menjanjikan masa depan cerah, karena upah kerja mereka selalu lebih rendah dibanding profesi lain, generasi muda dari keluarga petani enggan meneruskan profesi orangtuanya, padahal sebenarnya kita butuh mereka untuk tenaga segar dan baru yang membantu barisan petani golongan tua ditengah sawah disana.
menulis tentang ini membuatku teringat satu lagu dari masa kecilku, yang dengan lantang kunyanyikan saat ospek SMP.
---------------------------------------
nasi putih terhidang dimeja
kita santap tiap hari
beraneka ragam hasil bumi
dari manakah asalnya?
dari sawah dan ladang di desa
petani lah penanamnya
panas terik tak dirasa
hujan rintik tak mengapa
masyarakat butuh bahan pangan
terima kasih bapak tani
terima kasih ibu tani
tugas anda sungguh mulia
--------------------------------------
adakah yang ingat lagu ini?
mari kita nyanyikan sama-sama dan teruslah nyanyikan dalam hati, hingga kelak menjadi pemerintah, tidak membuat kekeliruan yang sama yang dibuat pemerintah saat ini
No comments:
Post a Comment