copy and paste from http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/8/2464/tuama_dan_wewene_
Tuama dan Wewene
Di daerah saya Manado, pria dan wanita disebut tuama dan wewene.
Ada sebuah kisah tentang penciptaan pria dan wanita. Pada saat Sang Pencipta
telah selesai menciptakan pria, Ia baru menyadari bahwa Ia juga harus menciptakan
wanita. Padahal semua bahan untuk menciptakan manusia sudah habis dipakai untuk
menciptakan pria.
telah selesai menciptakan pria, Ia baru menyadari bahwa Ia juga harus menciptakan
wanita. Padahal semua bahan untuk menciptakan manusia sudah habis dipakai untuk
menciptakan pria.
Kemudian, Sang Pencipta merenung sejenak. Ia lalu
mengambil lingkaran bulan purnama, kelenturan ranting
pohon anggur, goyang rumput yang tertiup angin,
mekarnya bunga, kelangsingan dari buluh galah,
sinar dari matahari, tetes embun dan tiupan angin.
Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa
sombong dari merak, kelembutan dari dada burung dan
kekerasan dari intan, rasa manis dari madu dan
kekejaman dari harimau, panas dari api dan dingin dari
salju, keaktifan bicara dari burung kutilang dan nyanyian
dari burung bul-bul, kepalsuan dari burung bangau dan
kesetiaan dari induk singa.
Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka
Sang Pencipta membentuk wanita dan memberikannya
kepada pria. Pria itu merasa senang sekali karena
hidupnya tidak merana dan kesepian seorang diri.
Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan. Katanya, “'Tuhan, ciptaan-Mu yang
telah Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia. Ia bicara tiada henti
sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu untuk diperhatikan. Ia mudah
menangis karena hal-hal sepele. Aku datang untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu,
karena aku tidak bisa hidup dengannya”.
mengambil lingkaran bulan purnama, kelenturan ranting
pohon anggur, goyang rumput yang tertiup angin,
mekarnya bunga, kelangsingan dari buluh galah,
sinar dari matahari, tetes embun dan tiupan angin.
Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa
sombong dari merak, kelembutan dari dada burung dan
kekerasan dari intan, rasa manis dari madu dan
kekejaman dari harimau, panas dari api dan dingin dari
salju, keaktifan bicara dari burung kutilang dan nyanyian
dari burung bul-bul, kepalsuan dari burung bangau dan
kesetiaan dari induk singa.
Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka
Sang Pencipta membentuk wanita dan memberikannya
kepada pria. Pria itu merasa senang sekali karena
hidupnya tidak merana dan kesepian seorang diri.
Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan. Katanya, “'Tuhan, ciptaan-Mu yang
telah Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia. Ia bicara tiada henti
sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu untuk diperhatikan. Ia mudah
menangis karena hal-hal sepele. Aku datang untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu,
karena aku tidak bisa hidup dengannya”.
“Baiklah,” kata Sang Pencipta. Ia pun mengambilnya kembali.
Beberapa minggu kemudian, pria itu datang lagi kepada Tuhan. Ia berkata, “Tuhan,
sejak aku memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian.
Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu
memikirkan dia. Ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak enak,
tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya.”
sejak aku memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian.
Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu
memikirkan dia. Ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak enak,
tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya.”
Di kala aku sendirian, kubayangkan wajahnya yang cantik, kubayangkan bagaimana
ia menari dan menyanyi. Bagaimana ia melirik aku. Bagaimana ia bercakap-cakap
dan manja kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan sedemikian lembut untuk
disentuh. Aku suka akan senyumannya. Tuhan, kembalikan lagi wanita itu kepadaku!”
ia menari dan menyanyi. Bagaimana ia melirik aku. Bagaimana ia bercakap-cakap
dan manja kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan sedemikian lembut untuk
disentuh. Aku suka akan senyumannya. Tuhan, kembalikan lagi wanita itu kepadaku!”
Sang Pencipta berkata, “Baiklah”. Ia memberikan wanita itu kembali kepadanya.
Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku
tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak lagi kesusahan dari pada
kegembiraan. Dia semakin menyebalkan. Aku tidak tahan lagi dengan sikap dan
tingkah lakunya. Aku berdoa kepada-Mu. Ambillah kembali wanita itu.
Aku tidak dapat lagi hidup dengannya”.
tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak lagi kesusahan dari pada
kegembiraan. Dia semakin menyebalkan. Aku tidak tahan lagi dengan sikap dan
tingkah lakunya. Aku berdoa kepada-Mu. Ambillah kembali wanita itu.
Aku tidak dapat lagi hidup dengannya”.
Sang Pencipta balik bertanya, “Kamu tidak dapat hidup lagi dengannya?”
Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa. Dalam hatinya ia berkata, “Apa yang
harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya, tetapi aku juga tidak dapat
hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti hidup ini?”
harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya, tetapi aku juga tidak dapat
hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti hidup ini?”
“Belajarlah untuk memahami perbedaan dan belajarlah untuk berani menerima
perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi kebutuhan
mendasar dari pasangan hidupmu!” jawab Tuhan.
perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi kebutuhan
mendasar dari pasangan hidupmu!” jawab Tuhan.
Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:
- Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan.
- Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan.
- Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan.
- Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman.
- Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan.
- Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan.
No comments:
Post a Comment